Inside Story

Icha Susanto, Ubah Stigma Negatif Burger Lewat Belly Bandit

by Pramawidhi Setiono | July 11, 2019

Icha Susanto, Ubah Stigma Negatif Burger Lewat Belly Bandit
Icha Susanto merupakan salah satu otak di balik lahirnya Belly Bandit,  sebuah restoran dengan spesialisasi burger dan hot dog di wilayah Jakarta Selatan. Sebelum booming munculnya restoran burger pada tahun 2018, Icha dan Erlene Susanto sudah lebih dulu membuka Belly Bandit di tahun 2017.  

Belly Bandit Bukan Fast Food

Memiliki 2 outlet yang telah berdiri di Mega Kuningan dan kawasan SCBD, Belly Bandit ingin menyebarkan informasi bahwa sebenarnya burger tidak selalu identik dengan junk food. Burger juga bisa diolah menjadi sebuah makanan sehat yang aman untuk dikonsumsi semua orang. Icha menjelaskan, bahan-bahan baku yang dipakai oleh Belly Bandit benar-benar dijaga kualitasnya. “Karena ingin memberikan pesan burger can be a healthy too, kami sengaja membuat semua ingredient secara homemade. Semua proses pembuatan ingredient dilakukan di Mega Kuningan, maupun di tempat lain. Burger kami tidak masuk dalam kategori fast food karena nyatanya proses pembuatannya pun tidak cepat, karena disini menggunakan freshly made ingredient,” ujar Icha. belly bandit Ada sedikit cerita lucu sebelum Icha memutuskan memberi nama Belly Bandit untuk restorannya. Pemilihan nama awal dengan kata "Belly" sudah ada di benaknya, namun penambahan "Bandit" ternyata datang setelahnya. “Memang pada awalnya kami ingin memberikan nama Belly pada restoran kami. Namun, kami sedikit kebingungan kata apa yang cocok bersanding dengan Belly. Sebelum sempat terpikirkan kata Belly, kami meminta bantuan rekan kami di Yogyakarta untuk membuatkan logo. Ternyata logo yang diberikan berupa gambar serigala. Karena serigala identik dengan Bandit, maka nama Belly Bandit akhirnya lahir,” jelas Icha. Icha yang lama bekerja di dunia public relation sendiri memutuskan untuk membuat sebuah restoran yang bertemakan burger dan hot dog karena partnernya, Erlene Susanto, memiliki background kuliner dan pengalaman di American camper food. Salah satu bidang yang dikuasai Erlene adalah burger. Erlene sendiri sebelum mendirikan Belly Burger merupakan salah satu pendiri dari Goods Dept.   Menurut Icha, adalah sebuah keharusan memiliki partner yang memiliki keahlian di dapur. “Saya tidak akan memulai usaha di bidang f&b jika harus mempekerjakan Executive Chef. Adalah sebuah doomsday jika hal itu terjadi, karena kita butuh kontrol di dapur. Seorang Executive Chef bagi saya harus memiliki sense of belonging atau ownership of the brand,” tegas Icha.  

Cara Bertahan

Tidak bisa dipungkiri, sejak tahun 2018, mulai bermunculan berbagai macam restoran yang bertemakan burger di Indonesia. Belly Bandit yang telah berdiri dari tahun 2017 tentu sedikit banyak terpengaruh akan kehadiran restoran-restoran ini. Icha menyebut, salah satu kunci keberhasilan dirinya bertahan hingga saat ini adalah melalui pilihan fokus jenis burger yang disajikan. Di Belly Bandit, burger yang disajikan berfokus pada classic taste of burger. Meskipun penampilan burger Belly Bandit tidak semenarik kompetitor, Icah yakin bahwa burger dari Belly Bandit memiliki tampilan yang lebih clean dan simpel, namun tetap memadai. Article-Belly-1 Simpel dan clean juga lah yang membuat Belly Bandit digandrungi oleh ekspatriat. Tak heran, setiap siang hari Belly Bandit dipenuhi oleh ekspatriat. Hal ini dikarenakan para ekspat lebih memilih classic burger dibandingkan burger yang memiliki banyak topping aneh. “Selain prinsip kami untuk menyajikan classic burger, ada 3 hal utama lainnya yang mesti diperhatikan agar bisa bertahan. Keberanian dan insting sangat lah dibutuhkan bagi semua pengusaha. Tanpa adanya keberanian dan insting, pasti usaha kita tidak akan dimulai. Terakhir, tidak bisa dipungkiri bahwa faktor keberuntungan juga memiliki andil dalam bertahan di dunia usaha,” jelas Icha.  

Turun Langsung

Tak hanya sekedar mengawasi, setiap harinya Icha berada langsung di restoran. Icha yang notabene adalah Head of Business Development tidak segan untuk melayani langsung pelanggan. “Saya ingin selalu berada di gerai karena ingin melihat langsung bagaimana kegiatan sehari-hari. Saya juga turun untuk mengantarkan makanan pesanan dan bahkan membersihkan meja yang telah selesai digunakan pelanggan,” ungkap Icha. “Saya ingin menumbuhkan sebuah relationship dengan pelanggan. Jika kita membuat brand, kita berarti juga membuat sebuah keluarga baru,” tambah Icha. belly bandit 2 Begitupun ketika merencanakan menu-menu yang akan disajikan. Icha mengundang keluarga dan teman-temannya untuk mencoba makanan yang telah disiapkan sebelumnya. Dari hasil uji coba tersebut, Icha meminta ide apa saja yang diperlukan agar makanan yang disajikan semakin sempurna.  Bandit tower, salah satu signature dish dari restoran ini, bahkan lahir dari food testing yang dilakukan Icha bersama keluarganya. Icha boleh berbangga hati, setidaknya saat ini hasil kerja kerasnya sudah mulai terlihat. Brand awareness Belly Bandit sudah mulai terlihat di masyarakat, terlebih di kalangan ekspatriat. “Saya bersyukur sudah mulai diterima. Tapi, tentunya kami tidak akan berhenti disini. Kami akan terus melakukan brand activation dan promosi ke masyarakat. Saya memiliki harapan untuk membuka Belly Bandit lagi di tempat lain. Inginnya sih yang berdiri sendiri di sebuah bangunan atau di dalam mall,” tutup Icha.