Inside Story

Kenapa Valentine Identik dengan Cokelat? Ini Jawabannya!

by Anindita Budhi | February 12, 2023

Kenapa Valentine Identik dengan Cokelat? Ini Jawabannya!

Kenapa Valentine identik dengan cokelat? Berabad-abad lamanya cokelat didapuk sebagai makanan cinta, tetapi belum banyak orang yang tahu persis seperti apa asal mulanya. Begitu pula dengan pertanyaan sejak kapan hari Valentine mulai dirayakan. 

Menyambut Valentine yang akan datang beberapa hari lagi, yuk, ikuti Nibble cari tau bagaimana cokelat selalu terasa spesial saat diberikan pada hari kasih sayang. 

Barang Mewah Kelompok Elit

Cokelat datang dari pohon kakao atau Theobroma cacao, orang Yunani mengartikannya sebagai makanan untuk para dewa. Namun, ketertarikan manusia pada cokelat dapat ditarik hingga peradaban bangsa Maya dan Aztec. Saat itu cokelat menjadi barang mewah yang hanya bisa dinikmati kelompok elit kelas atas. 

Orang Maya dan Aztec menikmati cokelat dalam rupa minuman yang terdiri atas biji kakao panggang, vanila, cabai, madu, dan tepung jagung. Biji kakao merupakan komoditas yang bernilai seperti halnya emas. Bahkan, masyarakat membayarkan cokelat sebagai pajak kepada penguasa Aztec. 

Photo source: Pexels/Pixabay

Memasuki awal tahun 1600-an, tren cokelat meluas ke Eropa. Kehadiran rumah cokelat sebagi tempat berkumpul perlahan menyaingi kedai kopi. Pada 1657 salah satu toko di Gracechurch mengiklankan cokelat sebagai minuman India Barat yang bisa menjaga dan menyembuhkan tubuh dari berbagai penyakit.

Sementara itu, cokelat kerap dikonsumsi bangsawan yang tinggal di Istana Versailles. Adalah Madame de Sevigne yang menuliskan hal ini pada tahun 1671. Pun ketika Marie Antoinette menikahi Louis XVI pada 1770, secara khusus ia membawa pembuat cokelat pribadinya ke istana itu. 

Sang chocolate maker menciptakan resep istimewa untuk Antoinette. Misalnya, campuran cokelat dengan umbi anggrek untuk menjaga kekuatan tubuh, cokelat dengan bunga jeruk yang bisa menenangkan saraf, serta cokelat dengan susu almond manis yang melancarkan pencernaan.

Photo source: Unsplash/Etty Fidele

Kapan Hari Valentine Mulai Identik dengan Cokelat?

Menurut Amy Henderson, ahli sejarah National Portrait Gallery, asal usul hari Valentine berkaitan dengan sosok martir Kristen bernama Valentine. Namun, keterkaitan dengan cinta romantis diduga muncul kali pertama dalam puisi Chaucer pada 1382, Parlement of Foules. Dalam puisi itu, Chaucer mendeskripsikan sifat cinta ketika “setiap burung terbang memilih pasangannya” tepat pada “Seynt Voantynes day”. 

Berabad-abad kemudian, Hari Valentine berkembang sebagai hari libur saat musim dingin usai, sekaligus menjadi penanda datangnya musim semi. Mawar, puisi, sampai lagu menjadi simbol perayaan cinta, tetapi permen belum populer karena gula dianggap sebagai komoditas berharga di Eropa saat itu.

Photo source: Freepik

Ketika Ratu Victoria bertahta pada 1837, Hari Valentine sudah lebih komersil. Pasalnya, pada zaman itu orang-orang senang menghujani pasangannya dengan kartu dan hadiah berhiaskan Cupid. 

Nah, saat Richard Cadbury sedang mencari cara bagaimana memanfaatkan mentega kakao murni yang diekstraksi saat proses pembuatan liquor cokelat. FYI, keluarga Cadbury memang dikenal sebagai pemilik pabrik cokelat.

Cadbury pun sampai pada penemuan bahwa cokelat batang punya rasa lezat sekaligus ekonomis. Sebelumnya cokelat masih jadi barang mewah dan hanya kalangan elit saja yang bisa membeli cokelat.

Cokelat yang dapat dimakan ini bisa diproduksi dengan biaya lebih murah. Kemudian, ia mengemas cokelat dalam kotak cantik rancangannya sendiri. Tak lupa ia tambahkan Cupid dan kuncup mawar pada kotak hati tersebut. 

Dirilis tahun 1861, boleh dibilang Cadbury lah yang pertama kali menemukan kotak cokelat berbentuk hati dan membuat Hari Valentine identik dengan cokelat sampai saat ini.

Photo source: Freepik

Bagaimana dengan White Day?

Kalau kamu pembaca komik Jepang, terutama genre shoujo, pasti sering membaca cerita tentang Valentine’s Day di Jepang. Setiap Valentine’s Day, perempuan memberikan cokelat kepada laki-laki yang disukai. Namun, hari besar sesungguhnya ada pada tanggal 14 Maret, atau White Day.

Satu bulan setelah menerima cokelat, laki-laki harus membalas hadiah cokelat tersebut. Bisa berupa cokelat, atau cokelat dan hadiah lain seperti aksesori dan jam tangan. Konon nilai hadiah White Day harus berlipat ganda atau tiga kali lipat dibandingkan hadiah yang diterima laki-laki pada 14 Februari.

Photo source: @ste.yamaniski

Tapi, gimana sih ceritanya bisa ada White Day? Dikutip dari Japanesestation.com, kemunculan White Day tak lepas dari gimmick marketing National Confectionery Industry Association (NCIA) pada 1978. Saat itu kebiasan giri-choco atau kewajiban memberi cokelat saat Valentine sudah populer di Jepang. 

Beberapa orang di bagian pemasaran memandang ada kesepakatan kuat di antara para perempuan bahwa laki-laki harus mendapat kesempatan membalas budi cokelat yang diterima. NCIA pun menciptakan slogan “White Day adalah hari yang manis” dan menjadikan hari itu spesial pada kalender Jepang. 

Itu baru satu versi. Ada versi lain tentang asal usul White Day yang berawal dari sebuah toko permen di Fukuoka, yaitu Ishimura Manseido. Pada 1977 toko permen itu menjual marshmallow putih dan menyatakan tanggal 14 Maret adalah Hari Marshmallow.

Permen kenyal dan lembut buatan mereka berisi cokelat. Iklan marshmallow brand itu menyelipkan pesan “Saya akan mengembalikan cokelatmu yang terbungkus dengan kelembutan saya”. Iya juga ya? 

Photo source: @hayashi.andrea

Entah mana yang benar, tetapi White Day tak cuma dirayakan di Jepang. Hari spesial ini juga populer di Korea Selatan dan Taiwan. Bahkan, muncul “Black Day” yang juga dirayakan pada 14 Maret. 

Bedanya Black Day dirayakan oleh para lajang dan mereka berkumpul mengenakan pakaian hitam. Mereka saling menghibur diri dan teman senasib lantaran nggak dapat hadiah sama sekali, baik saat Valentine maupun White Day. 

Alasan Mengapa Cokelat Jadi Ungkapan Cinta

Kebiasaan memberikan cokelat pun meluas ke negara lain pada tahun-tahun berikutnya. Ada Milton Hershey yang memproduksi Kisses secara komersial pada 1927, sampai Russell Stover yang menjual cokelat dalam kotak berbentuk hati pada 1923. Namun, ada alasan lain mengapa cokelat cocok jadi ungkapan cinta yang juga terbukti secara ilmiah. 

Photo source: Unsplash/Sara Cervera

Cokelat adalah afrodisiak

Yup, sudah terbukti sejak zaman Aztec bahwa cokelat adalah afrodisiak dengan kandungan zat yang dapat membangkitkan gairah seseorang saat memakannya. Ini jugalah yang jadi latar belakang munculnya tradisi di kalangan bangsawan Eropa untuk memberikan cokelat dicampur amber untuk merangsang gairah pasangannya.

Cokelat bagus untuk kesehatan

Makin tinggi kandungan cokelat, makin bagus buat kesehatan. Dark chocolate mengandung zat yang bisa menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung. Kandungan antioksidan dan flavonoid juga membantu tubuh terlindungi radikal bebas. Cokelat juga bisa menurunkan tekanan darah dan memperlancar aliran darah. 

Jadi, sekarang udah tahu ya kenapa Valentine identik dengan cokelat. Lalu, gimana persiapan kamu untuk Valentine nanti, udah beli cokelat atau lagi merancang staycation dan romantic dinner nih?