Food

Kue Keranjang, Si Legit Jagoan Imlek Asal Tiongkok

by Pramawidhi Setiono | January 22, 2020

Kue Keranjang, Si Legit Jagoan Imlek Asal Tiongkok
Menjelang tahun baru Imlek, beragam pernak-pernik khas negeri Tirai bambu mulai bermunculan. Mulai dari lampion, angpao, hingga kue keranjang sudah dapat dengan mudah ditemukan.  Bicara mengenai kue keranjang, kue yang satu ini seakan menjadi menu wajib yang harus hadir dalam perayaan tahun baru Imlek. Dikenal juga dengan nama nian gao atau ti kwe dalam dialek Hokkien, kue ini selalu dicari sepanjang pergantian tahun. Rasanya yang manis dan memiliki tekstur yang mirip dengan dodol membuatnya disukai oleh semua orang.

Kue yang Lahir Sebagai Simbol Perayaan

Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan kue keranjang lahir dan menjadi sebuah makanan yang harus ada saat perayaan tahun baru. Pada tahun 1974, salah seorang Sejarawan di kota Zhejiang, Tiongkok, menemukan nian gao yang berasal dari masa lalu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kue tersebut ternyata sudah dibuat sejak 7000 tahun lalu. Di Tiongkok sendiri ada dua cerita sejarah yang menceritakan asal usul dari kue keranjang ini.

Kisah Raksasa dan Si Pintar

Amanat Sang Raja Bijaksana

Legenda kedua lahir berasal dari tahun 772-481 SM. Diceritakan pada sekitar tahun ini, Tiongkok terbagi menjadi beberapa kerajaan kecil. Perang memperebutkan wilayah tidak terhindarkan dan rakyat yang menjadi korbannya. Di salah satu kerajaan, tepatnya Kerajaan Wu, berdiri sebuah tembok raksasa yang melindungi negeri satu ini dari serangan kerajaan lain. Wu Zixu, Perdana Menteri dari Kerajaan Wu, melihat tembok ini dan merasa selain bisa melindungi rakyatnya juga bisa menjadi sebuah masalah baru ketika pasukan musuh bisa menembusnya. Sebelum meninggal, Wu Zixu berpesan jika di kemudian hari rakyatnya harus menggali lubang di sekitar tembok jika merasa kelaparan dan kehabisan bahan makanan karena diserang kerajaan lain.

Photo source: lisa's lemony kitchen

Beberapa tahun kemudian, Kerajaan Wu benar-benar diserang dan kalah. Ketika sudah merasa sangat kelaparan, banyak yang mengingat pesan dari Wu Zixu untuk menggali lubang di sekitar tembok. Ketika mereka menggali, mereka terkejut karena ternyata bagian tembok yang ditanam di bawah tanah terbuat dari campuran tepung ketan yang bisa dimakan. Guna menghormati jasa Wu Zixu yang telah menyelamatkan banyak orang dari kelaparan, rakyat akhirnya membuat kue yang serupa dengan makanan yang ditanam di bawah tembok setiap tahunnya. Lama kelamaan, kue ini dikenal dengan nama nian gao yang juga memiliki arti kue tahunan, tahun dari kata nian dan kue dari kata gao.

Ber-akulturasi dengan Kebudayaan Indonesia

Nian gao di Indonesia lebih dikenal dengan nama kue keranjang. Di beberapa kota lain, biasanya di wilayah Jawa Barat, ada juga yang menyebutnya kue dodol cina. Perpaduan tepung ketan dan gula sebagai bahan dasar pembuatan membuat kue khas imlek ini berwarna cokelat.  Tak bisa dipungkiri, nama kue keranjang ini muncul karena kue yang satu ini di Indonesia dimasak di sebuah wadah yang berbentuk seperti keranjang kecil dari anyaman bambu. Wadah berbentuk keranjang yang cenderung bulat dan lengket karena beras ketan ini dipilih karena dipercaya sebagai simbol persaudaraan dan kekeluargaan yang hidup dalam kesetiaan dan kerukunan. Selain itu, kue keranjang juga melambangkan hubungan yang erat dan saling tolong menolong dalam menyambut tahun yang baru. kue keranjang

Photo source: whattocooktoday.com

Meski di Indonesia kue keranjang memiliki rasa yang manis seperti dodol, ternyata di Tiongkok tidak demikian adanya. Nian gao di wilayah utara Tiongkok memang memiliki rasa yang manis dan biasanya dibuat dengan cara dikukus atau digoreng. Namun, di Tiongkok selatan, nian gao bisa juga disajikan dengan rasa yang gurih dan dibuat dengan cara dikukus, digoreng, atau bahkan dimasak dalam sup. Awal mula penyebaran kue keranjang di Indonesia memang belum bisa dipastikan kapan tepatnya. Banyak yang menyebut migrasi besar-besaran masayarakat Tiongkok ke Indonesia pada abad 6-1 SM adalah salah satu penyebab kue keranjang ini akhirnya bisa dinikmati di Indonesia.

Fakta Unik di Balik Kue Keranjang

Tak cuma sejarah kue keranjang, masih ada beberapa fakta lain dari kue imlek satu ini. Berikut ini beberapa di antaranya!

Tergantung Emosi

Banyak pembuat kue keranjang yang menyebut bahwa emosi memegang peranan penting ketika sedang membuat kue ini. Ada kejadian-kejadian yang membuat suasana hati buruk biasanya membuat kue keranjang yang dibuat gagal dimasak atau memiliki rasa yang tidak enak. 

Sebagai Sajian Bagi Leluhur

Di Indonesia, selain bisa dinikmati saat imlek tiba, kue keranjang juga disajikan sebagai persembahan bagi para leluhur. Biasanya, kue ini sudah dibawa ke makam leluhur sejak 7 hari sebelum imlek tiba bersamaan dengan berbagai persembahan lainnya.

Bisa Tahan Lama

Memiliki bahan yang tidak jauh berbeda dengan dodol membuat kue khas imlek ini bisa awet dalam waktu cukup lama asalkan disimpan dengan rapi. Nian gao juga biasanya tidak boleh diolah hingga hari cap go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru imlek. Setelah hari cap go meh lewatlah, barulah nian gao bisa diracik dengan cara lain, misalnya digoreng.

Disusun ke Atas

Meskipun belakangan ini banyak yang membeli kue keranjang satuan, masih ada juga yang menjual kue ini secara paketan. Biasanya, yang membeli secara paket ini akan mendapatkan kue keranjang yang telah disusun ke atas seperti piramida. Hal ini bermakna agar doa-doa saat imlek bisa tersampaikan pada Sang Pencipta.

Biasanya Berjumlah Ganjil

Kue keranjang yang disusun ini biasanya disusun dengan jumlah ganjil, yaitu antara 3, 5, atau 7. Jumlah yang paling dihindari adalah 4, karena angka 4 memiliki arti kematian dalam budaya Tiongkok. Meskipun tidak terlalu menyolok, ternyata kue keranjang memiliki sejarah panjang dan beragam fakta unik yang harus kalian ketahui. Sudah siap menyantap kue ini saat tahun baru tiba?