Foodies Trends

State of Snacking, Data Kebiasaan Ngemil dari Mondelez

by Pramawidhi Setiono | December 04, 2019

State of Snacking, Data Kebiasaan Ngemil dari Mondelez
Kebiasaan ngemil tampaknya menjadi sebuah fenomena yang sudah sangat melekat pada masyarakat di zaman ini. Tak jarang banyak yang sengaja melewatkan makanan berat karena ngemil saja sudah membuat perut mereka kenyang. Melihat fenomena ini, Mondelez International pada Selasa (3/12/19) meluncurkan sebuah survei makanan bertajuk “The State of Snacking” di 12 negara, termasuk Indonesia. Mondelez dikenal sebagai pemimpin global di kategori cokelat, biskuit, permen, dan minuman bubuk. Mereka memiliki berbagai merek yang sudah menjadi ikon global, seperti Oreo, keju Kraft, Cadbury Dairy Milk, dan Toblerone. Selain itu, ada juga Biskuat sebagai merek unggulan lokal Indonesia. Kharisma Fitriasari, Head of Corporate Communication & Government Affair Mondelez Indonesia, menjelaskan betapa pentingnya survei ini bagi Mondelez. “Sebagai pemimpin pasar, kami di Mondelez Indonesia ingin mengetahui kebiasaan masyarakat Indonesia terkait makanan ringan. Bagi kami, insight konsumen adalah salah satu hal terpenting dalam membuat strategi untuk menjual berbagai produk di Indonesia,” jelas Kharisma.  

Meningkatnya Tren Camilan Menggantikan Makanan Berat

Photo source: Pexels

Survei “The State of Snacking” mengungkapkan sebuah data yang cukup mengejutkan. Dibandingkan rata-rata global, masyarakat Indonesia ternyata lebih banyak mengonsumsi camilan daripada makanan berat setiap harinya. 3 dari 4 orang yang mengikuti survei menyatakan bahwa camilan yang praktis lebih cocok dengan gaya hidup masyarakat saat ini dibandingkan makanan berat. Angka ini lebih besar 22% dari rata-rata global. Sachin Prasad, President Director Mondelez Indonesia, menyebut konsumsi camilan rata-rata masyarakat Indonesia termasuk cukup tinggi. “Indonesia merupakan salah satu negara yang mengonsumsi camilan paling besar. Dari survei ini terlihat bahwa rata-rata dalam sehari masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan ngemil hingga 2,70x setiap harinya. Nilai ini cukup jauh dengan rata-rata negara lain yang hanya berkisar di angka 2,26x,” sebut Sachin. Dari data responden dalam survei tersebut, didapat fakta bahwa 53% responden lebih memilih untuk mengonsumsi camilan karena tidak memiliki waktu untuk mengonsumsi makanan berat.  Dr. Erna Ermawati Chotim, M. Si, Sosiolog, fenomena camilan lebih dipilih karena tidak menghabiskan waktu ini memang sebuah perubahaan dalam masyarakat. “Camilan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia. Sudah dari dulu camilan khas Indonesia bermunculan, seperti pisang goreng dan ubi. Kenapa saat ini camilan lebih sering dikonsumsi adalah karena adanya perubahan untuk lebih dinamis.   

Kebiasaan Ngemil Lebih Awal Dibandingkan Negara Lain

Survei “The State of Snacking” juga mendapatkan fakta bahwa masyarakat Indonesia mulai untuk ngemil di waktu yang jauh lebih dulu dibandingkan negara lain. Masyarakat Indonesia mulai ngemil di sekitar pukul 11:28, sedangkan rata-rata global mulai ngemil di sekitar pukul 13:35. Erni menyebut fenomena ini dikarenakan budaya masyarakat Indonesia itu sendiri. “Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agraris yang biasa untuk bangun pagi hari. Bangun di pagi hari ini pun dikarenakan kebanyakan masyarakat melakukan aktivitas di pagi hari, seperti beribadah. Camilan sendiri nyatanya tidak menggantikan peran sarapan karena sarapan pun tetap mereka jalankan disamping mengonsumsi camilan,” jelas Erni. Data menunjukkan bahwa kebanyakan camilan dikonsumsi pada pagi hari, antara waktu sarapan dan makan siang. Total ada 84% dari responden yang mengonsumsi camilan di pagi hari. Angka 75% dari total responden bahkan mengonsumsi camilan di siang hari. Ini dikarenakan mengemil dapat memberikan waktu istirahat yang dibutuhkan di tengah-tengah kesibukan yang padat.  

Mood Menjadi Alasan Utama

kebiasaan ngemil

Photo source: Pexels

93% alasan masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan ngemil adalah karena untuk meningkatkan mood dalam menjalani aktivitas sehari-hari.  Hal ini berbanding terbalik dengan alasan masyarakat globat untuk mengemil. Menurut survei, alasan tertinggi masyarakat global adalah untuk memanjakan atau menghadiahi diri sendiri. Sebanyak 78% responden memilih alasan ini bersama dengan alasan untuk mendapatkan rasa nyaman. 1 dari 5 orang Indonesia menyatakan bahwa dampak dari camilan yang mereka nikmati adalah agar mereka mendapatkan sensasi yang menyenangkan. Bahkan, setengah dari orang Indonesia mengatakan bahwa dibanding tahun lalu, mereka merasa pada saat ini bisa memiliki waktu lebih untuk menikmati camilan mereka. Camilan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia jatuh pada buah dan sayuran dengan nilai responden sebesar 11%. Biskuit manis dan biskuit gurih menyusul dengan nilai 9% dan 8%.    

Kebiasaan Ngemil Menjadi Sarana Komunikasi

Photo source: Pixabay

Hal yang menjadi highlight utama dari survei “The State of Snacking” di Indonesia adalah ditemukan fakta bahwa bagi orang Indonesia, mengemil juga dapat menghubungkan individu dalam kebersamaan. Waktu mengemil dipercaya dapat memberikan kesempatan untuk saling menghubungkan kebersamaan antara satu sama lain. Sebanyak 88% responden menyatakan bahwa dengan membagi camilan favorit mereka, mereka merasa seperti memberikan bagian dari diri kepada orang lain. Total responden ini 23% lebih besar dibandingkan total responden global dengan pernyataan serupa. Manfaat dari kebiasaan ngemil bagi 72% responden Indonesia adalah sebagai sarana mendekatkan orang-orang. Inilah alasan utama mengapa 59% orang Indonesia memiliki hobi ngemil setiap harinya. Selain itu, sebagai sarana mempertahankan tradisi keluarga dan perantara antar kebudayaan juga merupakan manfaat utama yang dirasakan masyarakat Indonesia dalam ngemil.  

Camilan yang Akan Terus Berkembang

Photo source: isbpanthernation.com

Windy Iwandy, Food Enthusiast, menyebut bahwa saat ini tren makanan sedikit bergeser. “Jika beberapa tahun lalu banyak restoran yang menyajikan makanan berat, saat ini justru makanan ringan yang paling banyak disajikan. Makanan yang enak dan praktis dapat dimakan di mana saja menjadi sebuah fenomena baru. Ke depan, pastinya akan muncul banyak camilan yang berupa makanan sehat, enak, dan praktis tetapi tetap mengenyangkan,” sebut Windy. Senada dengan Windy, hasil survei The State of Snacking” juga menyatakan bahwa di masa mendatang lebih dari setengah masyarakat secara global menginginkan camilan yang kaya akan rasa dan nutrisi. Bahkan 66% orang Indonesia mengharapkan camilan yang lebih sehat di masa depan. 60% orang Indonesia secara aktif mencari camilan yang kaya akan vitamin. Tampaknya ini selaras dengan tren makanan sehat yang semakin berkembang setiap saatnya.