Lifestyle

Benarkah MSG Bikin Bodoh? Cari Tahu Faktanya yuk

by Danang Lukmana | October 18, 2021

Benarkah MSG Bikin Bodoh? Cari Tahu Faktanya yuk
Kalian pernah dengar istilah generasi mecin? Istilah tersebut sering disebut untuk mengejek masyarakat yang memiliki kemampuan berpikir rendah gara-gara sering mengonsumsi mecin. Mecin alias MSG (Monosodium Glutamat) sering dijadikan biang kerok atau kambing hitam dari terjadinya penurunan kemampuan otak alias kebodohan dari seseorang. Tapi emangnya benar gak sih kalo mecin alias MSG bikin bodoh? Nah, sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita kenalan dulu dengan mecin alias MSG ini.

Apa itu MSG?

source: istockphoto

Mecin alias MSG atau Monosodium Glutamat adalah sejenis garam yang mengandung senyawa asam glutamat di dalamnya. MSG pertama kali ditemukan oleh Kikunae Ikeda, seorang  profesor kimia dari Universitas Tokyo pada tahun 1908. Dikutip dari BBC, ketika ditemukan, MSG merupakan garam paling stabil yang terbentuk dari asam glutamat, dan salah satu yang terbaik dalam memberikan rasa gurih ‘umami’. Ikeda mendapati temuannya ini setelah mencicipi semangkuk sup kaldu rumput laut atau yang disebut kombu dashi. Sembari menyeruput supnya tersebut, ia mengidentifikasi bahwa rasa gurih sedap yang dikecapnya ini berbeda dari rasa manis, asin, pahit dan asam. Rasa baru ini ia beri nama umami. Setelah diteliti lebih lanjut, rasa umami tersebut tercipta karena adanya senyawa glutamat. Ikeda akhirnya “mengambil” senyawa glutamat ini, supaya bisa dipakai jadi bahan penyedap rasa makanan lain. Akhirnya, ia berhasil membuat senyawa ini secara sintetik dan menggabungkan dengan natrium supaya stabil. Selanjutnya ia mengemasnya dalam bentuk kristal bubuk supaya mudah ditabur ke masakan.

Awal Mula Mitos MSG

Setelah ditemukan, MSG mengalami fase kemashyuran yang sungguh luar biasa. Dunia pun heboh dan tergila-gila untuk menambahkan bubuk glutamat kemasan ini pada masakan mereka. Banyak restoran yang mencampurkannya dalam masakan mereka supaya lebih sedap dan gurih.

source: istockphoto

Sampai akhirnya, 60 tahun kemudian, tepatnya pada 1968, Dr. Robert Ho Man Kwok menulis surat kepada Jurnal Medis New England. Dia mengatakan kalau setiap habis makan di restoran Cina, tubuhnya mengalami semacam sindrom mati rasa di belakang lehernya yang merambat ke tangan dan punggung, lalu jantungnya pun ikut berdebar. Dia menyebut ini sebagai: Sindrom Restoran Cina (Chinese Restaurant Syndrom). Kwok berspekulasi bahwa sindromnya tersebut dikarenakan oleh penambahan bubuk MSG dalam makanan yang memang saat itu populer dipakai di restoran Asia khususnya Cina. Kehebohan pun akhirnya kembali muncul dengan banyaknya buku dan artikel yang mendukung pernyataan Dr. Kwok dengan mengeluarkan kampanye anti-MSG. Para pengusaha restoran Cina yang menjadi sasaran serang dari kampanye ini sampai turut mengiklankan bahwa masakan yang mereka sajikan bebas mecin alias MSG. Penelitian berikutnya dilakukan di Universitas Washington oleh Dr John W. Olney yang menyuntikkan monosodium glutamat dalam dosis besar kepada tikus yang baru lahir. Hasilnya menyebabkan perkembangan jaringan mati di otak tikus tersebut. Meskipun banyak yang mengkritik metode dengan dosis yang berlebihan tersebut, timbulnya jaringan mati di otak spesimen tikus menimbulkan pernyataan bahwa monosodium glutamat adalah penyebab kebodohan. Itulah awal mula mitos bahwa MSG bikin bodoh.

Apakah Benar MSG bikin Bodoh dan Berbahaya?

Secara singkat, mitos bahwa MSG bikin bodoh ternyata gak sesuai dengan fakta. Tingkat toksisitasnya di dalamnya pun rendah. Sebagai upaya meredam masalah ini, pada tahun 1995 FDA alias BPOMnya Amerika Serikat menugaskan Federation of American Societies for Experimental Biology untuk meneliti semua bukti yang ada. Hasilnya adalah tambahan MSG dalam makanan masih termasuk kategori aman. Batas konsumsi MSG sendiri baru dikatakan berbahaya jika mencapai 60 mg per kilogram berat badan. Contohnya jika, berat badan kalian 60 kilogram, maka hitungannya 60 x 60 = 3600 miligram per hari. Sedangkan penambahan mecin sebagai penyedap rasa pada makanan rata-rata hanya sekitar 550 miligram, masih di batas yang aman.

source: istockphoto

Toksisitas atau tingkat racun glutamat sebenarnya sangat rendah. Seekor tikus, sebagaimana penelitian Dr. Olney, disuntikkan dosis hingga 15-18 gram per kilogram berat badannya sebelum terkena risiko mati karena keracunan glutamat. Hal itu diketahui bahwa bayi tikus memang sensitif terhadap efek MSG. Terlebih metodenya juga menuai kritik karena dilakukan secara penyuntikan langsung ke tubuh bukan dicampur ke dalam makanan untuk masuk ke sistem pencernaan seperti yang kita konsumsi. Memang ada orang yang hipersensitif terhadap mecin, tapi bukan berarti bisa berakibat buruk pada semua orang kan? Selain itu, berbagai badan sertifikasi pangan juga sudah mengeluarkan pernyataan bahwa MSG masih kategori aman dikonsumsi selama dosisnya tidak melebihi ambang batas. Nah, soal upaya mencegah kebodohan, cara terbaik yang harus kalian lakukan adalah dengan cara rajin-rajin belajar dan menuntut ilmu. Dan, yang harus selalu diingat adalah segala sesuatunya jangan terlalu berlebihan alias secukupnya saja.