Lifestyle

Marak Penggunaan Garam Himalaya, Benarkah Lebih Sehat?

by Finna Zephyrine | July 10, 2021

Marak Penggunaan Garam Himalaya, Benarkah Lebih Sehat?
Belakangan ini, garam Himalaya (Himalayan salt) jadi populer terutama di kalangan penggemar makanan sehat. Garam ini bisa dibilang cukup unik karena berwarna merah muda, berbeda dengan garam pada umumnya yang berwarna putih. Banyak alasan di balik kepopuleran garam ini. Salah satu di antaranya adalah kandungan mineral seperti zat besi, zinc, kalsium, potasium, dan magnesium yang ada pada garam merah muda ini tidak ditemukan pada jenis garam lainnya. Dari berbagai jenis garam di dunia, garam Himalaya adalah satu dari sedikit yang memiliki kandungan tersebut. Tapi, apakah fakta itu membuat garam asal Asia ini lebih baik? Yuk, kita lihat kebenarannya.

Photo source: Pixabay

Dikutip dari WebMD, kandungan sodium pada garam Himalaya hanya sepertiga dari garam meja. Dalam satu sendok teh, garam meja memiliki sekitar 2.360 mg sodium, sementara garam merah muda Himalaya hanya memiliki 1.680 mg sodium. Nyatanya, tubuh kita membutuhkan sodium sekitar 1.500 – 2.300 mg sodium setiap harinya. Kekurangan sodium dalam jangka panjang bisa memunculkan sejumlah masalah dari mulai resistensi insulin hingga hiponatermia.

Ternyata Garam Himalaya Ada yang Berbahaya!

Seperti namanya, garam ini didapat dari pegunungan Himalaya di Asia. Sayangnya, tidak semua garam di kawasan tersebut berkualitas baik. Ada juga sebagian tambang garam yang menghasilkan garam dengan kandungan merkuri, arsenik, dan timbal yang berbahaya bagi tubuh. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya pilih Himalayan salt kemasan yang menulis detail tentang kandungan yang ada di dalamnya. Lebih baik lagi kalau sudah ada label BPOM di kemasannya.

Klaim Manfaat Kesehatan Garam Himalaya

Pada awal kemunculannya, garam dari pegunungan Himalaya ini diklaim bisa menyembuhkan keluhan penyakit saluran nafas, menyeimbangkan pH tubuh, mengurangi penuaan, meningkatkan kualitas tidur, dan mengatur gula darah.

Photo source: Freepik

Menurut ulasan Healthline, manfaat tersebut sebenarnya sudah ada pada garam meja atau garam biasa. Jadi, meski tidak sepenuhnya salah, klaim tersebut tidak membuktikan bahwa garam Himalaya lebih baik dari garam biasa. Garam Himalaya mungkin baik untuk dikonsumsi oleh mereka yang sedang mengurangi makanan asin. Tetapi untuk diet harian, sepertinya garam asal Asia Tenggara ini tidak memberikan apa yang dibutuhkan tubuh.

Jumlah Mineral yang Tidak Signifikan

Walaupun memiliki banyak mineral, ternyata jumlah yang ada di dalam garam yang berwarna pink ini sangat sedikit. Jadi, butuh konsumsi dalam jumlah banyak untuk mendapatkan manfaatnya. Padahal, mineral tersebut bisa kita dapatkan dari makanan lainnya. Kalau hanya bergantung pada garam ini, sepertinya tidak akan memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh.

Waspada Himalayan Salt Palsu

Selain klaim yang disebutkan di atas, hal lain yang perlu diwaspadai adalah beredarnya garam pegunungan Himalaya palsu. Biasanya, garam merah muda yang asli memiliki warna yang lebih terang. Sementara itu, garam palsu yang sudah memiliki campuran atau pewarna akan berwarna merah muda agak pucat.

Photo source: Freepik

Himalayan salt asli juga memiliki butiran yang kasar dan tidak mudah larut. Kalau kamu menemukan garam merah muda pucat yang mudah larut dan terasa lebih asin, bisa jadi itu adalah garam palsu yang sudah dicampur dengan bahan lainnya. Walaupun banyak klaim berlebihan mengenai garam ini, tapi pada dasarnya garam pink ini tidak bahaya untuk dikonsumsi. Sebagai konsumen pintar, kamu juga harus kritis mengenai jenis garam yang kamu beli. Gunakan secukupnya dan hanya sebagai bumbu tambahan pada makanan, bukan sebagai bahan makanan dengan khasiat tertentu.