Food

Makna Kue Keranjang, Penganan yang Wajib Ada Saat Imlek

by Anindita Budhi | January 15, 2023

Makna Kue Keranjang, Penganan yang Wajib Ada Saat Imlek

Jelang Imlek, ke mana pun kamu pergi, kue keranjang pasti ada di mana-mana. Entah di pasar, supermarket, toko kue, toko roti, hingga restoran Chinese food. Jadi penasaran nggak sih apa makna kue keranjang yang wajib ada saat Hari Raya Imlek? Begini penjelasan yang Nibble rangkum dari berbagai sumber. 

Sebutan Kue Keranjang Hanya di Indonesia?

Kalau kamu googling kue keranjang atau mencari padanannya dalam bahasa Inggris, jelas bukan basket cake ya. Sebab penamaan kue keranjang boleh jadi cuma dikenal di Indonesia. 
Kue keranjang kue berbahan tepung ketan dan gula, bertekstur lengket dan kenyal. Orang Cina menyebutnya nián gāo. Secara harfiah, nián gāo atau ni-kwe bermakna kue tahunan. Pasalnya, kue ini cuma dibuat setahun sekali pada waktu menjelang Tahun Baru Imlek. 

Lalu, kue keranjang artinya apa? Nah, penamaan kue keranjang berawal dari pemakaian “keranjang” bambu dengan lubang kecil-kecil di bagian tengah sebagai tempat mencetak dan membungkus kue, terutama kue keranjang yang diproduksi di Jawa Timur. 

Sementara, di Jawa Barat, kue keranjang sering disebut dodol Cina yang menjelaskan asal kue itu. Namun, ada juga yang menyebut penamaan itu mengacu pada orang keturunan Tionghoa yang memproduksi kue ini. 

Bagi penutur dialek Hokkian, kue keranjang disebut ti kwee yang berarti kue manis. Tentu ini sudah menggambarkan dengan jelas seperti apa citarasa kuenya. 

Photo source: @hokibandung

Makna Kue Keranjang

Kembali lagi pada makna nián gāo. Meski bisa diartikan kue tahunan, kata gāo juga dimaknai sebagai tinggi karena pengucapan serupa. Maka, pengucapan nián gāo terdengar menjadi tahun tinggi. Filosofi di balik “tahun yang lebih tinggi” adalah kehidupan tahun mendatang yang lebih baik dan berlimpah keberuntungan. 

Pemaknaan itu pun jadi alasan kenapa kue keranjang kerap disusun bertingkat atau meninggi. Coba deh perhatikan, makin ke atas, ukuran kue keranjang yang disusun makin mengecil. Ini diartikan menjadi peningkatan rezeki dan kemakmuran.

Zaman dahulu, ketinggian atau jumlah kue keranjang yang disusun melambangkan kemakmuran keluarga empunya rumah. Kue mangkok merah juga ditaruh di puncak susunan kue keranjang sebagai simbol kehidupan manis yang terus menanjak dan akan terus mekar bak kue mangkuk. 

Photo source: @bebey_cakes

Pendek kata, kue keranjang jadi simbol harapan supaya kehidupan kita selalu dinaungi keberuntungan sepanjang tahun. Makan kue keranjang selama perayaan Imlek merupakan bagian dari usaha mendatangkan keberuntungan. 

Di sisi lain, tekstur kue yang lengket juga menjadi simbol kerekatan keluarga. Hari Raya Imlek adalah momen spesial yang harus dirayakan lewat kumpul keluarga. Arti kue keranjang saat Imlek menunjukkan simbol keluarga yang rukun, bersatu, dan memiliki kebulatan tekad mengarungi tahun baru. 

Sudah jadi tradisi keluarga keturunan Tionghoa pula untuk membeli kue keranjang dalam jumlah banyak. Sebagian besar kue tersebut justru mereka berikan kepada kerabat, tetangga, teman, dan kolega. Pemberian kue keranjang bertujuan memanjakan mereka yang dikasihi selama ini agar beroleh keberuntungan sama sepanjang tahun yang akan datang.

Photo source: @makankalap

Sejarah Kue Keranjang

Dilansir dari Wikipedia, pembuatan nián gāo bisa ditelusuri hingga ke Dinasti Utara dan Selatan pada kurun waktu 386 – 589 M. Adalah sebuah teks bertajuk Qimin Yaoshu yang ditulis pada era tersebut, tetapi merujuk pada buku resep kuno Shi Ci dan hidangan nasi ketan yang disebut Ye. 

Buku tersebut menjelaskan tahap pembuatan ye. Mulai dari pemakaian tepung beras ketan, disaring dengan kain sutra, ditambah madu dan air, lalu diuleni dengan tangan. 

Photo source: @thewayofkueh

Setelah adonan jadi, bentuk menjadi persegi dua inci, potong jadi empat bagian, taruh kurma dan daging kastanye. Kemudian, olesi sekeliling kue dan tutup memakai daun bambu. Baru kue dikukus sampai matang serta diamkan selama dua jam. 

Keberadaan teks itu meyakinkan banyak pihak bahwa ye merupakan varian paling awal nián gāo yang sudah dibuat berabad-abad lamanya. Namun, kemunculan kue keranjang juga banyak dikaitkan dengan beberapa legenda yang dipercaya turun temurun. 

Photo source: @kuehoki

Legenda Asal Muasal Kue Keranjang

Legenda yang berkaitan dengan makna kue keranjang beredar luas dan masih diyakini lintas generasi. Orang Tionghoa mengenal beberapa legenda tentang asal muasal hadirnya kue keranjang saat Hari Raya Imlek.

Persembahan kepada Dewa Dapur

Kue keranjang dibuat untuk persembahan kepada Dewa Dapur yang dianggap bersemayam pada setiap rumah. Legenda mengisahkan, setiap akhir tahun, Dewa Dapur akan menyusun “laporan tahunan” yang disampaikan kepada Sang Kaisar Langit, Kaisar Giok.

Mengantisipasi agar Dewa Dapur nggak menjelek-jelekkan rumah mereka, orang Tionghoa mempersembahkan kue keranjang yang lengket sebagai penutup mulut Dewa Dapur. Kue keranjang dipercaya bisa membantu Dewa Dapur tetap menjaga mulutnya supaya nggak melaporkan hal negatif tentang penghuni rumah kepada Kaisar Giok sebelum tutup tahun.

Itu sebabnya, kue keranjang dipersiapkan sebagai persembahan sebelum Imlek. Masyarakat Tionghoa mempersembahkan kue ini kepada Dewa Dapur seraya berdoa memohon keberuntungan di tahun yang baru.

Photo source: @hokibandung

Kisah Monster Pemakan Manusia

Seperti dikutip dari South China Morning Post, dahulu ada monster dengan nama Nian. Ia gemar berburu binatang, kecuali saat musim dingin karena banyak hewan memilih berlindung di gua.

Ketika musim dingin, alih-alih berburu hewan, Nian justru memburu manusia. Maka, suku Gao bergegas menyiapkan kue-kue beras untuk dihidangkan kepada sang monster demi menyelamatkan hidup manusia. Hal inilah yang mendasari mengapa praktik pembuatan kue beras tetap jadi tradisi sampai kini.

Photo source: @bestoutfit.pnk

Cara Menikmati Kue Keranjang

Jika kamu tidak merayakan Imlek, tetapi dihadiahi kue keranjang, gimana sih cara makannya? Good question!

Satu hal yang perlu kamu tau, nián gāo di negeri asalnya bisa dibuat tanpa memakai gula. Maka, nián gāo bisa dimasak bersama daging, sayuran, jamur menjadi tumisan. Namun, untuk nián gāo manis, biasanya disajikan dengan cara digoreng atau dikukus.

Sementara, di Indonesia kue keranjang berasal dari tepung beras ketan dan gula yang dimasak dalam waktu lama. Bahkan, ada juga adonan kue keranjang yang disimpan selama satu minggu sampai terfermentasi.

Photo source: @christina_lenny

Hasilnya, kue keranjang di Indonesia bertekstur lembut, warna coklat gelap, dan tentu rasa yang legit seperti dodol. Ini juga menjelaskan kenapa kue keranjang sering disebut dodol Cina. 

Rasa yang manis bikin kue ini bisa disantap dengan berbagai cara, antara lain:

  • Dibalut adonan telur dan tepung, lalu digoreng
  • Dikukus dan dihidangkan bersama kelapa parut yang juga sudah dikukus
  • Dimakan langsung. 

Photo source: @wangjeanie

Gimana, Nibblers, udah tau kan apa makna kue keranjang yang sering kita jumpai menjelang Hari Raya Imlek? Selamat menikmati kue keranjang bersama keluarga ya!