Foodies Trends

Cloud Kitchen, Bisnis Kuliner Seru Tentang Berbagi Dapur

by Pramawidhi Setiono | September 09, 2019

Cloud Kitchen, Bisnis Kuliner Seru Tentang Berbagi Dapur
Dunia bisnis kuliner semakin ketat persaingannya dari waktu ke waktu. Sering kita mendengar sebuah restoran baru dibuka, tetapi di waktu yang bersamaan ada pula restoran yang ditutup.  Salah satu penyebab restoran gulung tikar adalah ketidakmampuan dalam menutup biaya-biaya operasional yang semakin membengkak tiap tahun. Salah satu operasional terbesar dari sebuah restoran mengalir ke biaya sewa tempat. Selain itu, banyaknya peralatan dapur yang harus disiapkan juga menjadi salah satu tantangan berat untuk sebuah restoran. Melihat hal ini, mulai muncul sebuah konsep baru dalam dunia bisnis kuliner. Adalah cloud kitchen, konsep yang langsung booming karena sangat membantu restoran dalam menekan biaya operasional yang harus dikeluarkan. Ingin kenal lebih jauh dengan konsep cloud kitchen? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini!  

Konsep Utama Cloud Kitchen

Perlahan tapi pasti, gaya restoran di negara-negara dengan penduduk besar di dunia, seperti Amerika, Tiongkok, dan India, mulai beralih ke konsep cloud kitchen Pada intinya, cloud kitchen adalah sebuah jasa layanan restoran yang menyediakan sebuah ruang kerja yang di dalamnya berisikan sebuah dapur besar yang lengkap. Konsep dari cloud kitchen ini mirip dengan konsep co-working space yang memang sedang menggurita beberapa tahun belakangan ini. Dapur tersebut tidak hanya bisa digunakan oleh satu brand restoran, tetapi juga bisa dipakai oleh banyak brand.

Photo source: Pexels

Karena hanya memiliki dapur yang dipakai bersamaan dengan restoran lain, secara otomatis restoran yang menggunakan konsep cloud kitchen tidak memiliki fasilitas untuk makan di tempat. Mereka hanya menyediakan fitur delivery, di mana konsumen memiliki pilihan untuk datang langsung mengambil pesanannya atau meminta makanannya untuk diantarkan. Biasanya, restoran yang menggunakan konsep cloud kitchen ini memang menyediakan jasa layanan delivery yang dilakukan langsung oleh restoran. Namun, jika tidak ada, restoran biasanya bekerjasama dengan pihak ketiga, misalnya dengan Uber atau Grab. Deliveroo, salah satu penguasa pasar cloud kitchen di Inggris, bahkan memiliki cara tersendiri dalam mengakali layanan delivery ini. Mereka memanfaatkan Freelancer untuk mengirimkan makanan kepada konsumen. Freelancer ini menggunakan sepeda dan dibayar berdasarkan jumlah pengantaran makanan yang mereka lakukan pada satu hari. Selain itu, salah satu ciri khas dari cloud kitchen adalah inovasi produk yang berkelanjutan. Dengan modal yang minimal, pemilik restoran lebih berani untuk menawarkan sesuatu yang beda, karena risikonya relatif lebih kecil. Dari peluang sekaligus tantangan tersebut maka muncul menu-menu yang lebih beragam dan berkualitas. Salah satu peluang yang bisa muncul adalah satu restoran bisa saja memiliki banyak brand lain di dalam sebuah cloud kitchen. Contohnya, jika restoran A memiliki brand A1 yang menyajikan makanan Jepang, melalui konsep ini restoran A juga bisa menghadirkan brand A2 yang menyajikan makanan Italia.  

Alasan Boomingnya Cloud Kitchen

Photo source: Pixabay

Dewasa ini, banyak orang yang memang malas mengantre lama demi mendapatkan sebuah makanan yang mereka inginkan. Belum lagi jika kemacetan menghadang mereka dalam perjalanan menuju restoran. Apalagi di akhir minggu, waktu di mana seharusnya setiap orang beristirahat setelah lelah bekerja seminggu penuh. Rasa letih yang timbul ketika harus mengantre tentunya tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Melihat peluang itulah konsep cloud kitchen ini hadir. Apalagi ditambah dengan restoran hanya perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku dan menyewa dapur. Tentunya konsep ini langsung menjadi pilihan utama dari banyak restoran. Dengan adanya cloud kitchen membuat restoran tidak perlu mempekerjakan karyawan tambahan untuk membantu menyajikan makanan ataupun membersihkan restoran. Yang diperlukan hanyalah Chef dan beberapa karyawan yang akan membantu Chef dalam memasak makanan. Sedikitnya biaya ini juga berimbas pada keuntungan yang akan diterima oleh restoran. Pihak restoran bahkan bisa menurunkan harga jual dari produk yang mereka tawarkan. Hal ini tentunya akan memiliki pengaruh besar pada naiknya angka penjualan di dalam restoran tersebut.  

Kelemahan Cloud Kitchen dalam Bisnis kuliner

Seperti konsep lainnya, tentu saja cloud kitchen memiliki beberapa kelemahan yang harus diperhatikan sebelum pihak restoran memutuskan untuk menggunakan konsep ini.

Photo source: kopalniapracy.pl

Salah satunya adalah masalah kebersihan. Banyak kritik yang disampaikan kepada cloud kitchen di luar negeri yang mengangkat masalah kebersihan dari makanan. Masalah ini timbul karena banyak perusahaan yang mendirikan dapur di tempat yang kurang bersih dengan alasan penghematan.  Konsep cloud kitchen sendiri juga tanpa disadari membutuhkan usaha lebih dalam menjaga kebersihan dapur. Hal ini dikarenakan tidak semua brand memiliki standar kebersihan yang sama. Harus dibuat sebuah standar tersendiri yang bisa ditaati oleh semua brand dalam dapur tersebut. Selain itu, masalah teknologi juga menjadi salah isu penting yang muncul dalam cloud kitchen. Mau tidak mau, setiap restoran harus lebih mengerti teknologi dalam konsep ini.  Pembayaran menjadi masalah krusial dalam cloud kitchen. Dalam satu aplikasi terdapat banyak restoran sehingga akan sedikit merumitkan masalah pembagian hasil. Untuk itulah dibutuhkan pemahaman mendalam mengenai keuangan dan teknologi itu sendiri.  

Penetrasi Bisnis Kuliner Indonesia

Mau tidak mau, tentunya iklim bisnis di Indonesia harus mengikuti tren terkini yang sedang berkembang di dunia agar dapat terus bersaing. Salah satunya adalah tren cloud kitchen ini. Di Indonesia sendiri mulai banyak yang menggunakan konsep ini sebagai salah satu cara dalam memasarkan produknya. Grab melalui salah satu kanal bisnisnya, GrabKitchen, sudah mulai hadir di Indonesia sejak bulan September tahun 2018. Total hingga saat ini GrabKitchen sudah memiliki empat gerai di Jakarta, yakni di Cideng, Kramat, Tendean, dan Kedoya. Keempat gerai ini merupakan representasi dari masing-masing wilayah di Jakarta, sehingga konsumen hanya perlu menunggu 30 menit untuk mendapatkan makanan yang diinginkan.

Photo source: bloombergquint.com

Sedangkan kompetitor utama Grab, Gojek, baru-baru ini juga menginvestasikan modal ke salah satu startup cloud kitchen dari India, yakni Rebel Foods. Bersama dengan Rebel Foods, Gojek memiliki rencana untuk membuka 100 gerai cloud kitchen dalam waktu 18 bulan ke depan di Indonesia. Banyak pula startup di Indonesia yang akhirnya lahir untuk mengakomodasi munculnya konsep cloud kitchen ini.  Salah satu diantaranya adalah pesendulu.com. Merupakan bagian dari CRP Group, pesendulu.com menawarkan paket nasi boks atau menu-menu yang dimiliki oleh warunk upnormal untuk bisa dipesan oleh konsumen. Konsumen hanya perlu melakukan pemesanan melalui laman pesendulu.com. Selain itu, ada juga Yummy Corp. Yummy Corp yang memiliki afiliasi dengan Ismaya Group ini menawarkan paket makanan sehat yang telah dihitung nilai gizinya oleh ahli gizi. Berbeda dengan pesendulu.com, pemesanan di Yummy Corp harus dilakukan melalui mobile app yang mereka miliki.  Satu hal yang patut ditunggu, apakah mungkin beberapa tahun lagi cloud kitchen akan menguasai pasar bisnis kuliner Indonesia dan membuat banyak restoran menutup gerainya lalu beralih ke konsep ini.