Photo source: Pixabay
Menjadi makanan pokok di berbagai negara, tapi apakah berbahaya makan kentang berwarna hijau dan sudah tumbuh tunas. Baru-baru ini terdapat peristiwa pilu dari sepasang suami-istri Warga Negara Indonesia di Jepang.
Dilansir dari Kompas, sepasang suami-istri WNI ini dikabarkan meninggal dunia akibat keracunan setelah sebelumnya mengkonsumsi kentang yang sudah mengalami proses greening dan tumbuh tunas. Seberbahaya itukah jika tidak cermat dalam memilih bahan baku kentang yang akan kita santap?
Mengenal Kentang untuk Konsumsi
Photo source: Istockphoto
Sebelum membahas apakah berbahaya makan kentang yang sudah berwarna hijau dan bertunas, kita bahas dulu tumbuhan kentang itu sendiri. Kentang yang mempunyai nama ilmiah Solanum tuberosum merupakan tanaman pangan kelompok umbi-umbian yang terpenting di dunia. Banyak negara di dunia yang menjadikan umbi ini sebagai makanan pokok setelah beras dan gandum.
Kandungan nutrisi dalam kentang ternyata cukup sama dengan beras dan gandum, terutama dari segi kandungan karbohidratnya. Selain kandungan karbohidrat, kentang juga mempunyai kandungan antioksidan, vitamin B6, dan vitamin C yang tinggi. Tanaman yang dahulunya berasal dari benua Amerika ini juga punya tekstur yang lembut dan rasa yang nikmat untuk menjadikannya favorit semua orang.
Kentang sering dijadikan banyak olahan lezat dari mulai digoreng garing seperti pada French fries, ataupun dilumatkan sebagai mashed potato, dipanggang, hingga dimasak menjadi sup. Bahan makanan yang memakai kentang pun nyaris bisa ditemukan di seluruh dunia yang membuatnya jadi umbi-umbian paling banyak disantap manusia.
Akan tetapi, ternyata tanaman ini menyimpan bahaya atau kandungan racun yang mematikan bila kita tidak selektif memilihnya. Racun dalam kentang ini akan muncul ketika kentang sudah mulai mengalami “greening” atau sudah timbul warna kehijauan dan tumbuh tunas.
Apa itu Greening?
Photo source: Istockphoto
Greening atau proses kentang mulai berubah warna menjadi hijau sebetulnya merupakan fenomena alami setelah beberapa hari terpapar cahaya. Umbi kentang merupakan bagian batang yang tertanam dalam tanah yang sebetulnya tidak berfungsi sebagai mesin fotosintesis. Akibat terpapar sinar matahari, ada kandungan bernama amiloplas yang berubah menjadi kloroplas.
Warna hijau yang muncul ini merupakan kandungan klorofil dalam kentang akibat terpapar sinar matahari. Sebetulnya klorofil merupakan zat alami dalam tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis dan bukan merupakan kandungan yang berbahaya. Akan tetapi jika jumlahnya meningkat dalam tubuh kentang, maka memicu kemunculan akumulasi sejenis zat glikoalkaloid bernama solanin dan chaconine.
Perubahan warna menjadi hijau ini memang bisa muncul di beberapa tahapan dalam rangkaian produksi kentang. Umumnya proses greening ini terjadi pasca kentang dipanen atau dicabut dari dalam tanah dan terpapar cahaya matahari intens. Oleh karenanya, akan lebih baik menyimpan kentang dalam wadah tertutup yang gelap atau lekas dikonsumsi saat masih belum menghijau.
Apakah Berbahaya Makan Kentang yang Sudah Berwarna Hijau?
Photo source: Istockphoto
Permasalahan utama dari kentang yang berwarna hijau bukan pada klorofilnya, merupakan akumulasi glikoalkaloid di dalamnya. Glikoalkaloid seperti solanin dan chaconine ini merupakan racun alami yang terkandung dalam tumbuhan dari keluarga Solanaceae, termasuk kentang. Kadar racun ini meningkat ketika kentang berubah warna menjadi hijau apalagi sudah sampai tumbuh tunas.
Akumulasi racun pada daging kentang ini umumnya memunculkan rasa pahit ketika kentang disantap. Soal efek samping keracunan memang belum dipastikan karena bergantung seberapa banyak kadar yang disantap, jenis kentang, hingga kondisi tubuh masing-masing orang.
Namun, risiko akan meningkat jika dikonsumsi dalam jumlah besar, oleh kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, atau mereka yang memiliki gangguan imun.
Gejala keracunan akibat glikoalkaloid ini bisa muncul dalam hitungan beberapa jam hingga 24 jam setelah konsumsi. Jika sudah terpapar efek samping dari kentang hijau bertunas, maka umumnya akan merasakan mulas, mual, muntah, dan sakit kepala. Hal itu merupakan respon tubuh untuk membuang zat-zat berbahaya tersebut dalam saluran cerna.
Akan tetapi jika akumulasi racun yang dikonsumsi sudah terlampau banyak dan tak mampu dibuang tubuh, maka efek sampingnya bisa lebih berat. Paling berat bisa menimbulkan demam, kebingungan, halusinasi, gangguan pernapasan, sampai penurunan kesadaran. Jika semakin lambat ditangani bisa mengakibatkan hilangnya nyawa seperti dalam kasus WNI di Jepang.
Cara Menanggulangi Kentang Berwarna Hijau
Photo source: Istockphoto
Sebelum mengolah kentang, perhatikan dahulu secara seksama permukaan kulitnya. Jauh lebih baik untuk menghindari sama sekali kentang yang sudah mulai muncul warna kehijauan ataupun sudah bertunas kecil.
Cicipi sedikit dahulu rasa daging kentang tersebut, kalau ada sedikit rasa pahit, segera buang kentangnya. Jika tidak langsung disantap, simpanlah kentang di tempat yang sejuk, jauh dari paparan sinar matahari langsung, dan kering.
Apabila kentang sudah terlanjur muncul warna kehijauan, maka bisa dikupas kulitnya dan buang bagian hijaunya sampai tak bersisa. Kentang bertunas merupakan yang paling tinggi kandungan solanin di dalamnya, sehingga potong dahulu tunasnya sampai ke dalamnya.
Meskipun tidak secara signifikan mengurangi kadar racunnya, tapi kamu bisa sedikit mencegah dengan memasak terlebih dahulu kentangnya di suhu yang tinggi.
Jadi kamu yang mengaku pencinta olahan kentang, yuk lebih cermat lagi memilih dan memilah kentang yang akan disantap!