Healthy Foodie

Bahaya Makanan Beku, Beneran Bikin Kanker?

by Pramawidhi Setiono | November 12, 2019

Bahaya Makanan Beku, Beneran Bikin Kanker?
Di zaman sekarang, kehadiran makanan yang praktis seperti makanan beku sangat berarti. Tanpa perlu repot menyiapkan berbagai bahan, makanan sudah bisa dihidangkan secara instan. Kelebihan lain dari makanan beku adalah bisa digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun, sayang di balik semua kelebihan itu, bahaya makanan beku masih jarang diketahui. Sejak kapan cara pengolahan makanan dengan cara dibekukan mulai dilakukan? Bahaya apa saja yang mengintai di balik makanan beku? Cari tahu dalam artikel ini!

Sejarah Pengolahan Makanan Beku

Photo source: epicurious.com

Membekukan makanan adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengawetkan makanan agar dapat dinikmati hingga beberapa bulan mendatang. Menurut studi yang dilakukan oleh Harris, J. Michael, dan Rimma Shipstova, masyarakat Amerika Serikat rata-rata mengkonsumsi 71 makanan beku per tahun. Hampir semuanya dari 71 makanan tersebut adalah makanan beku pra-masak.  Dikutip dari paper yang diterbitkan oleh Massachusetts Institute of Technology, proses pembekuan makanan secara tradisional sudah dilakukan sejak beberapa abad lalu. Namun, baru pada tahun 1885 dilakukan pencatatan mengenai pengiriman makanan beku dari Rusia ke Inggris. Pada tahun 1899, bahkan jumlah barang yang dikirimkan mengalami kenaikan yang cukup drastis, yaitu mencapai 200.000 ekor ayam dan angsa beku. Pada tahun 1929, Clarence Birdseye menawarkan cara untuk membekukan makanan secara cepat kepada masyarakat. Ide Birdseye didapatkan ketika berburu hewan di Labrador tahun 1912 dan 1916, ketika ia melihat penduduk asli setempat mengawetkan makanan dengan membekukannya. Dewasa ini dikenal dua cara memproses makanan agar dapat membeku dengan sempurna. Proses ini adalah melalui pembekuan mekanik dan kriogenik. Pembekuan mekanik mensirkulasikan zat pendingin dalam sebuah sistem yang mengambil panas di lingkungan sekitar makanan. Panas lalu dipindahkan ke kondensor dan dilepaskan ke lingkungan lewat konveksi ke udara maupun melalui cairan lainnya. Zat pendingin dalam siklusnya terus menerus berubah fase dari cair menjadi gas, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Pembekuan secara kriogenik adalah pengembangan terbaru dari teknologi pembekuan makanan. Kriogenik memanfaatkan gas yang memiliki temperatur yang sangat rendah, biasanya nitrogen dalam wujud cair atau karbon dioksida dalam wujud padat (biang es) dan diterapkan secara langsung ke makanan. Sayangnya proses pembekuan makanan ini justru memberikan efek negatif bagi makanan. Setidaknya kandungan vitamin A, B, dan C dalam makanan dapat hilang ketika dibekukan. Hal ini sangat disayangkan, karena tentu alasan utama kita dalam mengonsumsi makanan adalah mencari kandungan nutrisinya.

Tak Cuma Berbahaya Bagi Makanan

bahaya makanan beku

Photo source: seriouseats.com

Studi lebih lanjut menemukan bahwa selain mengurangi kadar nutrisi dalam makanan, mengonsumsi makanan beku juga berbahaya bagi tubuh manusia. Konsumsi makanan beku dalam jangka panjang akan memicu timbulnya beragam penyakit kronis dalam tubuh. Apa saja penyakit tersebut?

Diabetes

Salah satu bahan utama yang dibutuhkan dalam proses pembekuan makanan adalah tepung. Selain untuk menjaga makanan tetap baik, tepung ini juga menambahkan tekstur dan rasa ketika makanan dihangatkan. Sayangnya, tepung dalam makanan beku merupakan polimer dari glukosa. Glukosa ketika masuk ke dalam tubuh akan dicerna sebagai gula. Tentunya tubuh manusia memerlukan gula. Namun, jika makanan beku terus dikonsumsi tentu jumlah gula dalam tubuh akan naik drastis dan memicu diabetes.

Penyakit Jantung dan Hipertensi

Kandungan lemak trans dalam makanan beku sangat tinggi jumlahnya. Ini dikarenakan makanan beku sudah dalam keadaan setengah matang ketika dibekukan. Lemak trans sendiri dikenal mampu meningkatkan level kolesterol jahat dengan cepat dan menurunkan level kolesterol baik. Selain itu, potensi tersumbatnya jalur arteri darah ke jantung juga meningkat karena konsumsi lemak trans berlebih. Selain lemak trans, makanan beku juga mengandung garam dalam jumlah banyak sebagai salah satu bahan pengawet. Konsumsi garam berlebih dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan peningkatan level kolesterol dan tekanan darah.

Kanker

60% adalah angka yang didapat oleh sebuah studi mengenai perkiraan seseorang dapat terkena kanker setelah rajin mengonsumsi makanan beku. Peluang terbesar adalah terjangkitnya kanker serviks dan kanker payudara pada wanita. Karsinogen merupakan salah satu penyebab utama dari kanker. Dalam makanan beku, karsinogen dapat ditemukan dalam glukosa dan akrilamida. Ini menandakan bahwa semakin sering kalian mengonsumsi makanan beku, makin besar pula nilai karsinogen dalam tubuh.

Kanker, Si Pembunuh Nomor Dua

bahaya makanan beku

Photo source: newscientist.com

Tak disangka, kanker saat ini sudah menjadi pembunuh nomor dua di banyak negara maju. Bahkan, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan peringkatnya akan naik melewati penyakit jantung. Selain makanan manis, salah satu bahaya makanan beku adalah menyebabkan kanker. Meski namanya sudah begitu dikenal, tetapi kesadaran akan bahaya kanker sendiri masih sangat kurang. Tak ayal, angka kematian penderita kanker pun semakin meningkat. Kanker sendiri sering kali dianggap sama dengan tumor, padahal keduanya berbeda. Tumor terbagi dua, yaitu tumor jinak dan ganas. Semua tumor ganas merupakan kanker, sedangkan tumor jinak bukan merupakan kanker.  Banyaknya angka kematian yang diakibatkan oleh kanker di negara maju tidak selaras dengan kematian di banyak negara berkembang. Di negara berkembang, justru penyakit menularlah yang menempati peringkat atas. Ini tidak lepas dari rendahnya pemahaman masyarakat di negara berkembang.  Menariknya, di Indonesia sendiri justru penyakit tidak menularlah yang menempati peringkat pertama. Lebih dari 73% kasus kematian di Indonesia disebabkan oleh kanker, stroke, ginjal kronis, dan hipertensi. Ini berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan yang telah melakukan penelitian sejak tahun 2007.  Bahaya kanker ini sudah mulai menyasar masyarakat sejak usia belia. Tercatat penderita termuda dari penyakit ini berusia 15 tahun. Meskipun begitu, kesadaran masyarakat untuk mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat sudah mulai muncul. Salah satunya terlihat dari bertumbuhnya angka konsumsi makanan sehat di Indonesia. 

Mengenal Karsinogen, sang Pembentuk Kanker

Photo source: dynamicdnalabs.com

Seperti yang tadi sudah disebutkan, salah satu hal yang membuat bahaya makanan beku  adalah karena adanya kandungan karsinogen. Karsinogen adalah mutagen yang menyebabkan kanker. Karsinogen bisa berada dalam beragam bentuk, mulai dari zat kimia, virus, bahkan hingga obat-obatan yang seharusnya mengobati kanker. The International Agency for Research on Cancer sudah mengklasifikasikan karsinogen ke dalam tiga kategori. Pertama, agen dan kelompok agen yang terdiri dari aflatoksin, bensol, dan radiasi matahari. Kedua, paparan lingkungan yang terdiri dari industri karet, produksi aluminium, dan pembuatan furniture. Ketiga, adalah campuran yang terdiri dari minuman beralkohol, campuran analgesik, dan asap tembakau. Dalam makanan sendiri, karsinogen bisa terdapat dalam semua jenis makanan. Salah satu penyebabnya adalah bahan pengawet yang digunakan dalam makanan untuk menjaga makanan tahan lama. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan bahkan mengungkap daging olahan sangat rentan terpapar karsinogen. Daging olahan yang dimaksud adalah daging yang telah melalui proses penggaraman, pengawetan, fermentasi, pengasapan, atau proses lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan rasa dan daya simpan. Contoh dari daging olahan adalah bacon, ham, sosis, salami, kornet, dan nugget. Tidak bisa dipungkiri adanya makanan beku akan membuat kalian tidak perlu waktu banyak untuk memasak. Namun, melihat semua penjelasan di atas, tentunya kalian masih harus berpikir lebih matang dalam memanfaatkan bahan baku. Ada baiknya kalian memasak langsung bahan baku yang kalian beli dengan cara direbus atau dikukus dibandingkan digoreng atau dibakar. Pemanfaatan sayur dan buah-buahan segar juga harus lebih kalian optimalkan agar dapat menyeimbangkan nutrisi yang masuk dalam tubuh. Sayur dan buah dapat mengurangi tingkat kerusakan DNA dan oksidasi dari senyawa karsinogen, sehingga dapat mengurangi risiko Anda terkena kanker.