Food

Sejarah Panjang Cokelat dan Hari Valentine

by Atalya Anggraini | February 14, 2020

Sejarah Panjang Cokelat dan Hari Valentine
Di Hari Valentine ini akan seru jika kita membahas hubungan cokelat dengan hari kasih sayang itu sendiri. Di hari kasih sayang tersebut, banyak pasangan yang saling memberi cokelat sebagai tanda cinta. Tapi, pernah nggak kalian bertanya-tanya kenapa harus cokelat? Kenapa bukan bunga, perhiasan, atau makanan lainnya? Momen saling memberi dan menerima cokelat saat valentine’s day ini ternyata sudah menjadi tradisi sejak ribuan tahun yang lalu. Nah, kali ini kita akan mencoba menjawab rasa penasaran kamu mengenai hubungan cokelat dan hari valentine. Simak terus yuk artikel berikut ini.

Hubungan Cokelat dan Cinta Dimulai dari Tradisi Bangsa Kuno

Anggapan bahwa cokelat punya kaitan yang erat dengan cinta bukanlah hal baru. Sejarah mencatat, bangsa Maya merupakan suku pertama yang mengasosiasikan cokelat dengan cinta sejak 1500 SM. Mereka meracik minuman cokelat istimewa untuk upacara pernikahan. Di acara tersebut tercatat bahwa ada momen ritual di mana pengantin laki-laki dan perempuan saling bergantian menegak minuman cokelat. Itulah kali pertama cokelat dihubung-hubungkan dengan dunia percintaan. Tak hanya itu, suku Aztec juga mengamini bahwa cokelat merupakan tanda cinta. Di abad ke-16, penguasa suku Aztec di abad ke-16, Montezuma II, diduga mengonsumsi cokelat dalam jumlah yang sangat besar demi meningkatkan libidonya agar momen romantis dengan pasangannya di ranjang menjadi hal yang luar biasa. Kandungan tryptophan and phenylethylamine di dalam cokelat memang dianggap mempengaruhi perasaan cinta dan hasrat dalam diri seseorang. Jadi tidak heran jika cokelat dianggap sebagai alat alami untuk meningkatkan gairah cinta. Kedua catatan sejarah ini dengan jelas menegaskan ada hubungan instimewa antara cokelat dan cinta. Tidak salah jika sampai sekarang cokelat menjadi ikon hari Valentine yang merupakan hari kasih sayang. cokelat dan hari valentine

Hubungan Cokelat dan Hari Valentine Dimulai di Eropa

Dimulai dari catatan sejarah kuno di atas, hubungan antara cokelat dan cinta semakin digaungkan dari generasi ke generasi. Kalian mungkin bertanya-tanya, kapan tepatnya hubungan cokelat dan hari Valentine dimulai? Hal ini tidak lepas dari sejarah hari Valentine. Tulisan Geoffrey Chaucer, seorang penulis dan poet yang berasal dari Inggris, di tahun 1382 merupakan catatan yang pertama kali menyebutkan kalau St. Valentine’s Day adalah hari libur yang romantis. Sejak saat itu, muncullah kebiasaan di mana para kesatria memberikan bunga mawar kepada dambaan hati mereka di hari Valentine. Berhubung komoditas gula masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga di Eropa pada zaman tersebut, tidak ada catatan yang mengatakan bahwa pasangan saling memberi cokelat di hari Valentine. Kemudian di tahun 1840, ada gagasan di mana hari Valentine resmi ditetapkan sebagai hari libur untuk merayakan cinta dengan orang terkasih. Gagasan ini berkembang luas ke negara-negara lain yang sama-sama berbahasa Inggris. Semua orang di masa Victoria suka dengan gagasan tersebut, sehingga kebiasaan saling bertukar kado dan surat cinta di hari Valentine menjadi hal yang sangat lazim di masa itu. Adalah Richard Cadbury, seorang pengusaha cokelat di Inggris pada zaman tersebut, yang bertanggung jawab atas tradisi memberi cokelat di hari Valentine. Di tahun 1840an, perusahaannya berhasil berinovasi mengekstrasi cocoa butter dari biji cokelat. Inovasi tersebut menghasilkan minuman cokelat yang lezat. Namun, dalam prosesnya, Cadbury menghasilkan cocoa butter yang terlalu banyak sehingga perusahaannya memutar otak untuk memproduksi olahan cokelat jenis baru yang tidak berbentuk minuman. Jadilah cokelat padat yang kita kenal sekarang. Cokelat padat tersebut dipasarkan dalam kemasan box cantik berbentuk hati. Mulai dari situ, cokelat menjadi sama istimewanya dengan bunga mawar di hari Valentine. Orang-orang mulai memberikan cokelat sebagai ungkapan cinta di hari kasih sayang.

Photo source: Pixabay

Cokelat Sebagai Ungkapan Cinta di Era Victoria

Di era Victoria, sudah menjadi rahasia umum bahwa cokelat sering digunakan sebagai ‘senjata’ untuk merayu dan melamar perempuan. Sampai-sampai buku etiket yang beredar di era tersebut menegaskan kalau pemberian cokelat yang dilakukan seseorang kepada lawan jenis merupakan lambang dari pernyataan cinta. Para pria di masa tersebut memberikan sekotak cokelat ke perempuan yang dikasihinya sebagai cara untuk menunjukkan kasih sayang. Di waktu yang bersamaan, momen tersebut digunakan untuk menunjukkan kelas dan selera para pria dalam memilih cokelat yang cocok untuk diberikan ke pujaan hatinya. Produsen cokelat tentu tidak menyia-nyiakan momen tersebut. Mereka berlomba-lomba untuk membuat cokelat dengan packaging yang paling apik demi menggaet konsumen. Cokelat pada masa itu dibungkus dengan pita berlapis-lapis untuk meniru gaya berpakaian perempuan pada jaman tersebut. Bahkan ada juga yang menggunakan packaging dengan tambahan lapisan renda, sutra, atau crinoline. Berhubung cokelat berkaitan erat dengan hubungan percintaan, bahkan keintiman seksual, pemerintah di masa itu segera mengambil tindakan. Dalam buku etika masyarakat Victoria terdapat peringatan untuk para perempuan lajang agar tidak menerima cokelat dari pria yang tidak mereka kenal. Para perempuan juga dianggap tabu jika memberikan cokelat kepada para pria. Untungnya, aturan etika masa Victoria tersebut sudah tidak berlaku di jaman sekarang. Kita bisa dengan bebas menerima cokelat dari banyak pria. Para perempuan pun juga bisa leluasa memberikan cokelat ke pria jika mereka menginginkannya. Bahkan kita bisa memberi atau menerima cokelat dari orang-orang selain pasangan kita. Saat ini, cokelat tidak lagi dianggap sakral sebagai tanda cinta atau ungkapan untuk melamar seseorang. Kasih sayang yang direpresentasikan oleh cokelat kini semakin universal. Jadi, apakah kalian sudah menyiapkan cokelat buat orang terkasih untuk merayakan hari valentine yang tinggal beberapa hari lagi? Jika belum, ajak yuk pasangan kalian untuk mencoba 9 Kuliner Cokelat Paling Kreatif di Jakarta.