Food

Bisa Sebabkan Keracunan, Bolehkah Keong Sawah Dimakan?

by Wahyu Panca Handayani | March 23, 2022

Bisa Sebabkan Keracunan, Bolehkah Keong Sawah Dimakan?

Banyak sekali orang yang bertanya-tanya bolehkan keong sawah dimakan? Dengan maraknya penggunaan siput untuk makanan kaya protein dan perawatan wajah, nggak sedikit orang yang jadi penasaran apakah keong sawah juga punya manfaat yang sama atau justru sebaliknya. 

Nah, kalau kamu juga ingin mencari tahu tentang hal ini, pastikan kamu membaca artikel ini sampai akhir, ya!

Mengenal Keong Sawah

Keong sawah atau yang disebut Pila ampullacea secara ilmiah ini merupakan salah satu jenis siput air yang bisa kamu temuin dengan mudah di sawah, parit, atau pingiran sungai dan danau. Kamu yang tinggal di daerah pedesaan mungkin saja sudah nggak asing lagi dengan binatang bercangkang yang juga sering disebut tutut atau keong gondang ini, apalagi kalau dulu kamu sering main di sawah.

Source: Instagram/ajun_exe

Meskipun masih satu keluarga dengan siput, keong sawah ini memiliki tampilan fisik yang berbeda dengan siput biasa. Apalagi, warna cangkang keduanya juga berbeda. Cangkang keong sawah ini berwarna kuning kehijauan atau hijau kecoklatan. Bentuknya juga cenderung agak cembung dengan puncak cangkang yang agak runcing.

Melansir dari CNN Indonesia, keong sawah atau tutut ini sering dianggap sebagai hama dan cukup merepotkan bagi para petani. Karena habitatnya memang di sawah yang banyak aliran air tawarnya, tutut ini sering sekali memakan tanaman padi yang baru saja ditanam. Bahkan, mereka lebih suka makan tanaman padi dibanding gulma yang banyak tumbuh di sekitarnya.

Source: Instagram/ajun_exe

Nggak hanya itu, keong-keong ini juga sangat merepotkan saat masuk musim kawin. Pasalnya, mereka sering banget bertelur di batang padi yang sudah cukup besar. Hal tersebut tentu saja membuat geram para petani karena tanaman padinya jadi rusak.

Karena kerusakan yang mereka sebabkan terhadap tanaman padi tersebut, nggak heran kalau para petani kesulitan menghadapi serangan keong sawah ini. Apalagi, perkembangbiakannya memang tergolong sangat cepat. Nggak heran kalau akhirnya para petani rela melakukan berbagai cara demi bisa membasmi hama satu ini, entah dengan menggunakan pestisida atau melepaskan bebek ke area sawah.

Bolehkah Keong Sawah Dimakan?

Melepaskan bebek-bebek ke area sawah agar memakan tutut ini nggak jarang masih dianggap kurang efektif. Solusi lain yang mereka lakukan untuk membasmi hama ini dengan cepat adalah dengan menjadikannya sebagai bahan pangan. Beberapa orang bahkan sengaja berkeliling sawah untuk bisa mendapatkan tutut sebanyak mungkin yang nantinya akan dimasak sendiri atau bahkan dijual.

Meskipun dianggap sebagai hama, nggak sedikit masyarakat yang sangat suka menyantap binatang bercangkang ini. Apalagi, harganya juga sangat murah karena sangat mudah didapat. Rasanya juga enak dan mudah diolah jadi berbagai jenis masakan yang berbeda.

Source: Instagram/rie_vibi

Menariknya lagi, keong sawah ini ternyata juga mengandung banyak nutrisi yang bagus untuk tubuh, lho. Bahkan, hewan kecil yang sering berusaha dimusnahkan oleh para petani ini kaya akan kandungan omega 3, 6, dan 9, vitamin, kalsium, dan mineral.

Nggak hanya itu, kandungan protein di dalam keong sawah ini juga sangat berlimpah dan bahkan mencapai 50%. Begitu tingginya kandungan protein di dalamnya, nggak sedikit ilmuan yang menggadang-gadangkan tutut atau keong sawah ini sebagai sumber protein terbesar di masa depan. 

Sayangnya, keong sawah ini nggak sepenuhnya bagus untuk dikonsumsi. Melansir dari Republika, keong sawah ini ternyata berpotensi menyebabkan keracunan. Hal tersebut bisa terjadi karena ada kemungkinan keong sawah tersebut terkontaminasi bakteri atau tercemar logam berat dan residu pestisida. 

Source: Instagram/ajun_exe

Bakteri yang ada di dalam tutut ini masih bisa dihilangkan dengan mudah selama kamu membersihkan dan mengolahnya dengan benar. Namun, beda lagi dengan kontaminasi logam berat dan pestisida. Mau diapain aja, logam berat dan residu pestisida itu akan tetap ada di dalam tubuh keong sawah. 

Oleh karena itu, penting banget buat kamu hanya mengonsumsi keong sawah yang berasal dari sawah-sawah organik saja. Salah satu sawah yang bagus untuk habitat keong sawah ini adalah sawah-sawah di daerah Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Cara Membersihkan dan Mengolah Keong Sawah yang Benar

Kalau kamu kesulitan mendapatkan keong sawah organik, kamu sebenarnya masih bisa kok mengonsumsi tutut biasa. Hanya saja, kamu harus memberikan perlakuan yang benar sebelum mengolah tutut tersebut. Pastikan kamu membersihkannya dengan benar sehingga semua kotoran dan residu di dalamnya benar-benar bersih.

Sama seperti lele yang ada baiknya dipelihara di air bersih dulu sebelum dimasak, keong sawah ini juga harus demikian. Ada baiknya kamu membeli tutut dala keadaan yang masih mentah. Untuk menghilangkan kotoran dan kontaminasi di dalam tubuhnya, simpan tutut ini di air bersih selama beberapa hari. Kalau kamu nggak mau terlalu lama, paling tidak rendamlah tutut tersebut selama dua jam.

Source: Instagram/kartinidjauhari

Setelah direndam, kamu perlu membersihkan cangkang keong sawah tersebut dengan sikat gigi bekas. Tujuannya, agar semua lumut, lumpur, dan bahkan cacing yang menempel di permukaan cangkang tersebut hilang. Jangan lupa untuk menyucinya dengan air bersih.

Merendam dan menyikat bersih keong sawah tersebut tentu saja nggak cukup. Kamu masih harus ngerebus tutut tersebut dengan air garam selama paling tidak 30 menit. Dengan begitu, segala macam bakteri dan kuman yang ada di dalamnya bisa mati dan nggak lagi ngebahayain kamu. Baru setelah itu, kamu sudah bisa mengolah tutut tersebut menjadi masakan yang enak, seperti sate, rica-rica, tumis, dan krengsengan.

Jadi, bolehkan keong sawah dimakan? Tentu saja sangat boleh. Bahkan, kamu juga perlu memakan keong sawah ini saat dalam masa pemulihan pasca sakit. Hanya saja, pastikan keong sawah yang kamu makan itu benar-benar bersih dan aman dari segala macam kontaminasi. Mau coba makan?