Photo source: azerbaijan_stockers on Freepik
Sejarah roti menunjukkan bagaimana makanan ini telah menjadi bagian integral kehidupan manusia selama ribuan tahun. Variasi rasa, jenis, dan kualitas bahan juga yang membuat harga roti beragam.
Misalnya, di belahan dunia lain ada roti yang dibanderol Rp400 ribu. Bisa jadi karena bahan premium yang digunakan dan brand toko roti tersebut sudah terkenal. Namun, bukan berarti roti yang enak pasti mahal dan sebaliknya.
Dari Timur Tengah hingga Eropa, dari Asia hingga Amerika, roti lebih dari sekadar makanan, tetapi juga simbol peradaban yang terus berkembang. Penasaran bagaimana asal-usul roti bermula? Yuk, kita telusuri perjalanan panjang roti dari masa ke masa!
Sejarah Roti yang Panjang
Di manakah roti pertama di dunia ditemukan?
Remahan hangus roti pipih yang dibuat pemburu-pengumpul Natufian dari tanaman liar seperti gandum, barley, dan akar tanaman ditemukan di situs arkeologi Shubayqa 1, Gurun Hitam, Yordania. Penemuan tersebut berusia 11.600 hingga 14.600 SM.
Berganti ke zaman Neolitikum pada 10.000 SM, penyebaran pertanian menumbuhkan biji-bijian yang menjadi bahan pembuatan roti. Pada masa ini, manusia sudah mengenal proses menggiling biji-bijian menjadi tepung dengan menggunakan batu.
Kemudian hasil penggilingan itu diolah menjadi roti. Namun, roti yang dihasilkan masih sangat sederhana, berupa roti pipih tidak mengembang.
Photo source: @thecowgirlnomad
Kemudian, bangsa Mesir Kuno menyempurnakan proses itu dengan menambahkan ragi dalam tepung. Ini terjadi sekitar tahun 1350 SM. Boleh dibilang, bangsa Mesir Kuno bisa menjawab pertanyaan siapa penemu roti beragi pertama.
Ada dua kemungkinan, sebagian busa bir ditambahkan dalam adonan roti atau sisa fermentasi dari pembuatan roti dicampur dengan air untuk pembuatan bir. Ragi yang dipakai diduga berasal dari hasil pembuatan bir sehingga roti beragi pertama merupakan produk sampingan pembuatan bir.
Bangsa Mesir Kuno juga yang menemukan sepotong adonan dari satu kelompok dapat disimpan untuk kelompok adonan berikutnya. Dari sinilah sourdough bermula dan masih populer hingga kini.
Photo source: @egyptology_persian
Roti Sebagai Komoditas
Bangsa Yunani Kuno menjadi penikmat roti berikutnya. Jejak roti tertua dari peradaban Kreta yang berhasil digali arkeolog diperkirakan berusia 6.100 tahun. Hingga awal abad ke-5 SM setidaknya ada lebih dari 300 toko roti milik pembuat roti Yunani di Roma.
Orang-orang Yunani kemudian mewariskan seni dan teknik memanggang kepada orang Romawi. Pada era Kekaisaran Romawi inilah pembuatan roti berubah menjadi industri skala besar saat pergantian abad ke-8 dan ke-7 SM.
Sebuah toko roti Romawi diperkirakan mampu memproduksi roti untuk 2.000 orang per hari. Oven yang digunakan pun berukuran besar, berdiameter sekitar 6 m, memakai kayu bakar, berlapis ubin dan batu bata, serta memiliki jeruji logam berputar untuk memanggang roti.
Photo source: @ancientsocieties
Roti Sebagai Makanan Pokok
Memasuki abad pertengahan, roti mulai menjadi makanan pokok Eropa. Roti lebih ringan dikonsumsi kalangan atas, roti lebih gelap adalah santapan hari-hari masyarakat biasa. Masyarakat abad pertengahan juga menyantap trencher, sejenis roti bundar tebal sebagai piring dengan saus dan daging di atasnya.
Pada akhir abad ke-18 sampai penghujung abad ke-19, roti yang dijual di Amerika Serikat dan Inggris kerap dicampur bahan berbahaya. Mulai dari kapur, tawas, tanah liat, plester, amonium karbonat, hingga serbuk gergaji!
Secara bertahap tindakan pemalsuan makanan berakhir seiring kebijakan dan regulasi yang diterbitkan pemerintah Inggris pada 1860 dan 1899. Namun, Amerika sempat kesulitan mengakhiri proses pemalsuan ini lantaran setiap negara bagian punya kebijakan berbeda terkait pembuatan roti.
Photo source: @unspunfairytales
Industrialisasi Roti
Industrialisasi roti yang berkembang pada awal abad ke-20 membuat produksi roti lebih masif. Salah satunya lewat kehadiran mesin pemotong roti tahun 1912 dan mesin pengiris dan pembungkus roti pada 1928.
Selain itu, fortifikasi makanan berbasis tepung putih telah dilakukan dengan menambahkan kandungan zat besi, tiamin, riboflavin, niasin, hingga kalsium. Penambahan zat tertentu juga dilakukan untuk meningkatkan kelembutan roti.
Belakangan, kehadiran mesin pembuat roti rumahan yang mengotomatiskan proses pembuatan roti mendorong lebih banyak kalangan untuk memproduksi roti sendiri di rumah.
Lebih lanjut, selama beberapa generasi, roti putih menjadi pilihan orang berada, sedangkan kalangan bawah menyantap roti gandum utuh. Namun, pada akhir abad ke-20 roti gandum utuh justru jadi pilihan karena mempunyai nilai gizi lebih tinggi.
Photo source: @greatharvestmissoula
Kapan Roti Masuk ke Indonesia?
Roti masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda, sekitar abad ke-18. Awalnya, roti hanya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan orang-orang Eropa yang tinggal di Hindia Belanda. Namun, seiring waktu, roti mulai dikenal dan disukai oleh masyarakat lokal.
Ketika itu roti yang dibuat pun masih sederhana dan penggunaan ragi belum populer. Roti hanya difermentasikan secara alami, ditutupi kain basah. Proses sederhana ini membuat tekstur roti cenderung kurang lembut dan terasa lebih padat.
Salah satu toko roti tertua di Indonesia adalah Toko Roti Go yang berada di Purwokerto, Jawa Tengah. Berdiri sejak tahun 1898, Toko Roti Go menjadi saksi bisu bagaimana roti mulai diterima dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Hingga kini, Toko Roti Go tetap eksis dan dikenal dengan roti-roti klasik yang mempertahankan citarasa tradisional. Beberapa varian rasa paling populer adalah roti pisang, roti coklat, dan krenten. Lalu, masih ada pastry horn isi vla, kopibrood, pisang legen, dan roti amandel.
Photo source: @adityaindi
Jenis Roti di Berbagai Negara
Dalam bayangan kita, roti identik dengan bentuk bulat atau kotak dan mengembang saat dipanggang. Faktanya, tidak semua roti berbentuk demikian lho.
Setiap negara memiliki varian roti yang unik, mencerminkan budaya dan bahan-bahan yang tersedia di daerah tersebut. Berikut adalah beberapa jenis roti yang populer di berbagai negara.
Baguette
Roti panjang dari Prancis dengan tekstur kulit renyah dan bagian dalam lembut. Disantap sebagai pendamping sup atau membuat roti isi.
Photo source: @luciamarcelo.paris
Naan
Roti pipih asal India yang dimasak di dalam tandoor, sebuah oven tanah liat. Naan memiliki tekstur lembut dan biasanya diolesi mentega atau ghee. Roti ini dimakan bersama kari atau paneer.
Photo source: @yum_yum_tumm_tumm
Focaccia
Roti Italia sejenis flatbread yang biasanya bertabur rempah atau bahan lain. Berasal dari wilayah Italia Utara, roti ini sudah ada sejak abad ke-6 SM.
Photo source: @panelinha_ritalobo
Pita
Roti bulat pipih berongga yang sering digunakan untuk membuat sandwich atau sebagai pendamping hidangan seperti hummus dan falafel. Roti pita lazim dijumpai dalam berbagai masakan Mediterania, Balkan, dan Timur Tengah.
Photo source: @chiarapassion
Bagel
Roti berbentuk cincin dengan tekstur padat dan kenyal. Bagian luarnya cenderung garing dan keras. Berasal dari Polandia, tetapi roti ini juga populer di New York. Bisa disantap begitu saja, dioles butter, atau dijadikan sandwich.
Photo source: @mildly.sweet
Pretzel
Roti berbentuk simpul dengan kulit yang keras dan bagian dalam yang lembut. Pretzel berasal dari Jerman, biasanya ditaburi garam kasar dan dimakan sebagai camilan atau pendamping bir.
Photo source: @cooksillustrated
Sejarah roti yang panjang menunjukkan bagaimana roti telah menjadi bagian penting kehidupan manusia selama ini. Dari roti pipih sederhana hingga varian yang lebih kompleks, evolusi roti mencerminkan adaptasi manusia terhadap lingkungan dan perkembangan teknologi.
Hingga kini, roti tetap menjadi makanan yang disukai dan dikonsumsi oleh banyak orang, baik sebagai makanan pokok maupun camilan. Kalau kamu, suka roti seperti apa?