Food

Sejarah Tempe Sampai Jadi Bahan Makanan Favorit di Indonesia

by Danang Lukmana | January 29, 2023

Sejarah Tempe Sampai Jadi Bahan Makanan Favorit di Indonesia

Terkenal sebagai makanan sehari-hari dan sumber protein murah meriah, ternyata belum banyak yang tahu nih sejarah tempe di Indonesia. Bukan hanya jadi menu keseharian masyarakat Indonesia, saat ini tempe juga sudah mendunia lho. Bahkan kalangan masyarakat di belahan dunia Barat mengagumi bahan pangan berbahan dasar fermentasi kedelai ini sebagai superfood.

Indonesia sendiri juga sudah mulai mendaftarkan tempe ke dalam daftar UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Terbuat dari kacang kedelai yang difermentasi dengan jamur khusus, membuat makanan satu ini syarat akan nilai gizi protein nabati yang menyehatkan. Gak hanya sebatas protein, tempe juga tinggi serat yang bikin pencernaan kita lebih sehat.

Keunggulan tempe yang lainnya adalah harganya yang murah meriah dan bisa dijadikan bermacam olahan enak. Paling umum, tempe bisa diolah menjadi tempe orek, dibacem, dimasak dengan kuah santan, disemur, hingga digoreng biasa atau goreng tepung. Tempe juga enak dijadikan keripik sebagai camilan saat menemani nongrong maupun nonton sepakbola. 

Berbeda dengan tahu yang asal-usulnya berasal dari kuliner Tiongkok, tempe konon merupakan hasil kecerdasan masyarakat lokal Indonesia sendiri. Sejarah terciptanya kuliner tempe juga bisa ditelusuri sejak ratusan tahun lalu. Penasaran kan dengan sejarah asal-usul kuliner tempe di Indonesia? Yuk pantengin dulu artikel berikut ini!

Sejarah Asal-Usul Tempe dari Kitab Kuno

Photo source: Istockphoto

Sebagai bahan pangan tinggi protein pengganti daging, sejarah tempe memang sudah mengakar kuat karena ada sejak ratusan tahun lalu. Bahan baku utamanya yakni kedelai sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak abad ke 12, sesuai dengan yang tertuang di Serat Sri Tanjung. Tapi kreasi olahan fermentasi kedelai baru mulai dikenal masyarakat Jawa pada sekitaran abad 16 sampai 19. 

Dilansir dari Rumah Tempe Indonesia, kata tempe berasal dari bahasa Jawa kuno yaitu Tumpi yang artinya makanan berwarna putih. Pada masa itu bahan baku utama tempe dominan dari kacang kedelai hitam yang memang tumbuh dan dibudidayakan di wilayah Kerajaan Mataram. Di masa tersebut, tempe umumnya dibuat dekat sumber air seperti sungai karena memang butuh banyak air untuk melepaskan kulit kedelainya.

Selanjutnya dikutip dari Historia, dalam Serat Centhini yang terbit tahun 1814-1823, kuliner tempe juga disebut dan menjadi pangan lokal masyarakat Jawa. Dikisahkan seorang lelaki tampan bernama Mas Cebolang melakukan pengembaraan dari Purbalingga ke Mataram, lalu singgah dan dijamu dengan lauk tempe. Salah satu lauk yang disebutkan adalah brambang jae tempe santen, yakni olahan tempe berkuah santan dengan bumbu santan dan jahe. 

Tempe Semakin Populer di Era Kolonial Belanda

Photo source: Istockphoto

Popularitas tempe semakin meningkat sejak pemerintahan Kolonial Hindia Belanda mulai memberlakukan Sistem Tanam Paksa tahun 1830-1870. Pada masa Kolonial ini, tempe benar-benar menjadi penyelamat masyarakat yang harus kerja keras dan didera kesulitan ekonomi. Harganya yang murah dan mudah dibuat karena bahannya yang sederhana, mampu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat lokal. 

Saking lekatnya sebagai pangan murah meriah, tempe sempat dikonotasikan sebagai makanannya orang kelas bawah. Presiden pertama RI bahkan sempat melontarkan ujaran “mental tempe” yang merujuk pada sifat lembek dan enggan keluar dari keterpurukan. Namun seiring studi pangan yang menyebut kalau tempe adalah sumber pangan bergizi, akhirnya semua kalangan pun semakin gemar menyantap tempe.

Jenis-Jenis Tempe di Indonesia

Setelah mengetahui sejarah asal-usul tempe di Indonesia, gak ada salahnya untuk mengenal jenis-jenis tempe yang populer. Tempe sudah berkembang dengan banyak jenisnya dan semua punya keunikan masing-masing. Berikut ini jenis-jenis tempe yang populer di Indonesia.

1. Tempe Mendoan

Photo source: Istockphoto

Buat yang sering kulineran di daerah Purwokerto dan Banyumas pasti sudah gak asing dengan jenis tempe mendoan ini. Dalam bahasa Banyumasan, mendo artinya setengah matang atau lembek. Ya, hal itu karena memang bahan mentah tempe mendoan lebih tipis dan lebar serta digoreng setengah matang.

Sebagai jajanan favorit khas Banyumas, mendoan menjadi camilan cepat saji karena cuma butuh waktu 3-4 menit saja untuk menggorengnya. Tekstur lembut lembek dan agak layunya akan sangat pas saat dinikmati selagi hangat. Umumnya mendoan bisa dinikmati langsung dengan rawit atau sambal kecap, tapi bisa juga sebagai pendamping sroto Sokaraja.

2. Tempe Bongkrek

Photo source: Merdeka.com

Masih dari kawasan Banyumas Jawa Tengah nih, ada jenis tempe yang khas namanya adalah Tempe Bongkrek. Dalam sejarah tempe bongkrek ini pernah sangat terkenal karena menyebabkan keracunan masal hingga menelan korban jiwa. Tapi seiring sudah cukup ketatnya pengawasan dalam proses produksinya, tempe satu ini bisa kok jadi alternatif pangan lokal.

Tempe bongkrek dibuat dari bahan baku ampas kelapa parut dan difermentasi memakai ragi tempe dari species Rhizapus. Warnanya agak sedikit hijau tua, tempe ini punya rasa gurih dan harganya yang murah meriah. Cara masaknya bisa dengan digoreng biasa atau dibuat masakan empis, yaitu campuran antara tempe bongkrek yang dipotong dadu dengan pete.

3. Tempe Benguk

Photo source: @dwisorayakitchen

Pada umumnya tempe terbuat dari fermentasi kacang kedelai kan, lalu bagaimana dengan tempe yang dibuat dari bahan kacang benguk atau kacang koro? Kuliner bernama tempe benguk ini menjadi salah satu makanan unik yang berasal dari daerah Kulon Progo, Yogyakarta.  Bahan pembuatnya adalah kacang koro benguk (Mucuna pruriens) dan difermentasi memakai ragi tempe biasa.

Kacang koro sendiri punya ukuran lebih besar dan tebal serta agak berbau apek, namun tetap bisa diolah seperti tempe meskipun teksturnya jadi lebih unik. Untuk mengurangi aroma apeknya, tempe isi sering diolah dengan bumbu besengek yang memakai santan kental yang gurih. Sejarah tempe benguk tercipta di tahun 1960 an ketika masa itu Indonesia sedang mengalami krisis pangan dan kacang kedelai. 

4. Tempe Gembus

Photo source: @solo.foodie

Jika umumnya tempe dibuat memakai kacang kedelai utuh, nah jenis tempe satu ini justru dibuat memakai ampas kedelai sisa pembuatan tahu. Namanya adalah tempe gembus atau menjos yang berasal dari Jawa Tengah dan punya tekstur kenyal. Karena dibuat dari bahan ampas sisa tahu, tempe ini harus segera diolah dan dikonsumsi 28 jam setelah diproduksi agar aman.

Jenis tempe ini bisa diolah menjadi semacam sayur tumis, dimasak dengan kuah santan, hingga yang terkenal adalah olahan sate kere dari Solo. Sate kere adalah bentuk kreatifitas masyarakat “kere” atau miskin di Solo yang dahulu sulit mendapatkan pasokan daging. Jadi tempe gembus ini dipotong memanjang lalu ditusuk sate dan dibakar dengan bumbu kacang. 

5. Tempe Lamtoro

Photo source: @lamtoro_ibutri

Tanaman petai cina atau lamtoro ternyata juga bisa menjadi bahan baku pembuatan tempe. Tempe lamtoro terkenal di daerah Mojopuro, Wonogiri dengan sebutan tempe mlanding. Tempe lamtoro tadinya hanya dibuat saat panen lamtoro. Produksi tempe ini sebagai alternatif karena harga lamtoro yang lebih murah daripada tempe kedelai.

Perbedaan utama dibandingkan tempe kedelai yaitu terletak pada rasa tempe lamtoro yang sedikit berlemak dan teksturnya agak keras. Keunikan rasa dan tekstur ini ternyata berasal dari kulit biji lamtoro atau petai cina.  Biasanya tempe lamtoro dimasak dengan cara digoreng tepung atau diolah dengan santan kelapa.

Nah itu dia sejarah asal-usul tempe di Indonesia dan jenis-jenis tempe yang unik dari beberapa daerah. Jika kalian mengaku pencinta tempe, yuk mulai giatkan lagi konsumsi pangan nabati yang menyehatkan ini!