Food

Sejarah Terasi, Bumbu Wajib di Dapur Orang Indonesia

by Danang Lukmana | November 10, 2022

Sejarah Terasi, Bumbu Wajib di Dapur Orang Indonesia

Nibblers, kalian sudah pada tahu belum nih sejarah terasi yang sudah jadi bumbu penyedap makanan favorit orang Indonesia? Siapa yang suka banget menambahkan terasi dalam beragam jenis makanan khas Nusantara biar makin gurih? Jika ditambahkan terasi, maka makanan seperti sambal terasi ataupun tumis kangkung sederhana pun akan bertambah sedap dan bikin nambah nafsu makan.

Mirip seperti petis yang sama-sama dibuat dari bahan fermentasi ikan atau udang rebon, membuat terasi terkenal dengan aromanya yang cukup tajam. Saat dimasak untuk jadi bahan penyedap makanan, aroma tajamnya akan langsung menyergap hidung namun itulah sensasi khasnya. Makanan yang ditambahkan terasi akan makin gurih asin sedap untuk meningkatkan selera.

Photo source: Istockphoto

Terasi sendiri berbentuk seperti adonan mirip pasta yang berwarna kehitaman, agak kecokelatan, bahkan kadang-kadang kemerahan karena sedikit diberi pewarna. Selain berbentuk pasta, terasi juga sering dicetak menjadi bentuk lempengan kering maupun balok persegi panjang dan bisa dijumpai di pasar-pasar. 

Sudah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia, ternyata memang terasi ini punya sejarah asal-usul yang cukup panjang lho sampai di era kerajaan masa lalu. Penasaran gak nih membahas sejarah asal-usul terasi penyedap kuliner Nusantara ini? Yuk selanjutnya kita bahas di bawah ini!

Sejarah dan Asal-Usul Terasi

Photo source: Istockphoto

Sudah dikenal hampir di seluruh daerah Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, nama terasi sendiri ternyata punya hubungan erat dengan Kota Cirebon lho. Dilansir dari Kompas dan GNFI, bahan penyedap makanan ini diciptakan oleh Pangeran Walangsungsang atau dikenal juga Pangeran Cakrabuana, seorang pendiri Kerajaan Cirebon. Nama Kota Cirebon sendiri berasal dari kata Ci (air) dan Rebon (udang rebon), yang memang cukup berlimpah di daerah pesisir Utara Pulau Jawa tersebut.

Disebutkan kalau dahulu Pangerang Walangsungsang sering menyempatkan waktu untuk mencari dan menjala udang-udang rebon di perairan kota ini. Demi memanfaatkan potensi daerahnya, Sang Pangerang menggalakkan untuk membuat bahan penyedap makanan berbahan udang-udang kecil ini. Bahan penyedap makanan inipun jadi salah satu komoditas utama Kerajaan Cirebon untuk dijadikan upeti dan perdagangan dengan Kerajaan Sunda Galuh.

Upeti dari garam dan terasi dari Kerajaan Cirebon sangat disukai serta menjadi favorit dari raja di Kerajaan Sunda Galuh. Bahkan Sang Raja Sunda tersebut pun memberi nama bahan ini sebagai “terasih” yang asalnya dari Bahasa Sunda “asih” yaitu bermakna suka atau cinta. Saking suka dan cintanya Sang Raja pada terasi, pernah disebutkan bahwa ia sangat marah pada pelayan istana yang lupa menambahkan bahan penyedap ini dalam masakan istana.

Terjadinya Perang Antar-Kerajaan Akibat Terasi

Photo source: Istockphoto

Terasi memang jadi salah satu kunci terkenalnya kuliner masyarakat di daerah Kerajaan Sunda pada masa itu, bahkan sampai membuat antar kerajaan berperang. Dilansir dari History of Cirebon, Naskah Carita Purwaka Caruban Bahari pernah menuliskan riwayat kemarahan Kerajaan Sunda Galuh pada Kerajaan Cirebon perkara terasi. Raja Galuh menganggap Cirebon telah membangkang akibat menghentikan pengiriman upeti berupa garam dan terasi yang sangat dibutuhkan kerajaan tersebut.

Kemarahan Raja Galuh tersebut sampai menciptakan penyerangan dan peperangan dengan kerajaan di Pesisir Laut Utara ini. Hal itu karena dalam budaya di Kerajaan Sunda Galuh, perdagangan berupa komoditas bahan kuliner menjadi penyumbang terbesar devisa kerajaan. Jelas saja kalau penghentian kiriman garam dan terasi dari Cirebon bisa menghancurkan bisnis kuliner di dalam Kerajaan Sunda Galuh. 

Layaknya MSG atau micin, terasi dan garam menjadi andalan utama dalam kelezatan makanan di wilayah Kerajaan Sunda. Hilangnya pasokan terasi dan garam tentunya membuat masakan-masakan yang beredar jadi kurang sedap, akhirnya bisnis perdagangan kuliner Sunda jadi lesu. Bisnis kuliner yang terus mengalami kelesuan akan menghancurkan pendapatan kerajaan dari pajak yang dipungut.

Jadi Bahan Komoditas Perdagangan Antar-Bangsa

Photo source: Istockphoto

Dalam sejarah, berlimpahnya stok udang rebon untuk bahan pembuatan terasi membuat Kerajaan Cirebon menjadi sangat berjaya. Pada tahun 1400 an, kerajaan yang terletak di Pesisir Utara Jawa ini menjadi pemasok utama terasi dalam perdagangan antar kerajaan dan bangsa. Kemasyuran terasi dari Cirebon bahkan sampai digemari oleh Kerajaan Singhapura, sebuah Kerajaan Melayu di Temasek, saat ini jadi negara Singapura.

Hal tersebut menunjukkan bahwa hilir mudik kapal-kapal dagang yang bersandar di Pelabuhan Cirebon dengan muatan terasi, telah sampai ke berbagai pulau dan negeri. Saking mahsyurnya terasi ini, sampai-sampai rombongan Kapal Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok pun sangat tertarik. Sang Laksamana sampai berlabuh ke Cirebon dan melakukan pertukaran komoditas serta kerja sama antara Tiongkok dan Cirebon. 

Teknik pembuatan terasi yang berbahan fermentasi udang dan ikan ini akhirnya sampai ke daerah-daerah lainnya. Kota-kota pesisir Nusantara baik di Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, hingga Bangka Belitung pun mengenal teknik pembuatan bahan penyedap makanan ini. Di daerah-daerah lainnya, nama terasi lebih dikenal dengan sebutan belacan yang sama-sama nikmat dijadikan tambahan penyedap sayuran, ikan, daging, hingga sambal. 

Gimana Nibblers, menarik bukan asal-usul terasi yang saat ini dijadikan bahan penyedap sambal ini? Kamu sendiri termasuk yang menyukai makanan atau sambal yang diberi tambahan terasi nggak nih? Semoga informasi mengenai sejarah terasi ini bisa menambah pengetahuan kuliner dan semakin cinta pada keragaman kuliner Nusantara ya!